Kamis 24 Aug 2023 15:17 WIB

Empat Cara Membebaskan Diri dari Rasa Iri

Kisah iri pertama dimulai dari kisah anak-anak Nabi Adam.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
Dengki dan Iri (ilustrasi)
Foto: cover buku mizan
Dengki dan Iri (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Dalam sejarah kehidupan manusia yang dituliskan Allah SWT dalam Alquran, penyakit yang pertama kali menimpa anak Adam adalah cemburu atau iri. Hal ini bermula dari kisah anak-anak Nabi Adam.

Sebagai keturunan dari manusia pertama, ia dikaruniai dua putra dan dua putri. Karena tidak ada orang lain pada saat itu, Allah SWT mengizinkan saudara kandung untuk menikah satu sama lain, asalkan bukan saudara kembar.

Baca Juga

Berdasarkan hal itu, kedua putranya Habil dan Qabil kemudian dijodohkan dengan dua putri Nabi Adam. Namun, saat itu Qabil berpikiran istri yang ditunangkan kepadanya lebih buruk keadaannya, dibandingkan dengan istri yang akan menjadi pengantin saudaranya.

Hal ini kemudian menjadi awal dari rasa iri yang sangat merusak, yang berakhir dengan Qabil membunuh saudara kandungnya sendiri, Habil. Apa yang ia lakukan menjadi contoh nyata betapa buruknya rasa cemburu. Rasa cemburu atau iri ibarat api yang mampu membakar siapa pun yang memilikinya dan orang-orang di sekitarnya.

Dilansir di About Islam, Kamis (24/8/2023), disebutkan orang yang cemburu bahkan memiliki kemungkinan mencoba menyakiti orang yang dia cemburui, tetapi di sisi lain yang paling dia sakiti adalah dirinya sendiri. Karena sibuk dengan apa yang ada di tangan orang lain, dia terus-menerus berada dalam kesakitan, kemarahan, dan rasa frustrasi.

Kecemburuan merusak hati dan jiwa orang yang cemburu, sekaligus merusak perbuatan baik yang telah diperbuat. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Waspadalah terhadap rasa dengki, karena ia memakan amal shaleh sebagaimana api memakan kayu” (Abu Dawud).

Syekh Salman Al-Aodah pernah menyebut iri hati mengacu pada keinginan yang dirasakan seseorang, untuk menghancurkan atau menghilangkan nikmat yang dimiliki orang lain. Bahkan jika mampu, kehancuran ini akan dilakukan sendiri oleh si pembawa perasaan itu.

Hal ini sangat berbeda dengan menginginkan keberkahan bagi diri sendiri, tetapi tidak ingin orang lain diambil keberkahannya. Hal tersebut malah disebut sebagai keinginan positif dan terpuji yang mengarah pada persaingan yang baik.

"Persaingan secara umum tidak dianggap tercela, tetapi bisa dianggap terpuji jika demi mengejar kebenaran,” ujar dia.

Iri hati atau cemburu bisa menjadi hal yang sangat serius dan berbahaya. Tidak hanya menyebabkan hilangnya amal baik, tetapi juga menyebabkan seseorang masuk ke jurang kekufuran (kekafiran).

Sebab, iri hati serupa dengan mempertanyakan keputusan Allah SWT. Dengan kata lain, perasaan ini hampir seperti mengatakan, “Saya benci Allah SWT memberikan ini kepada orang itu, tetapi Dia tidak memberikannya kepada saya.”

Atau, di sisi lain hal ini hampir seperti mengatakan: “Saya pantas mendapatkannya, tapi Allah SWT tidak mengerti.” Lebih buruknya, rasa iri seolah diimpelemtasikan sebagai pemikiran bahwa Allah SWT telah melakukan kesalahan dalam keputusannya.

Ada baiknya sebagai umat yang beriman agar berlindung kepada Allah dari segala pemikiran dan kecenderungan tersebut. Allah SWT pun menyampaikan pertanyaan di dalam Alquran surat An-Nisa ayat 54, "Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah diberikan Allah kepadanya?"

Cemburu, iri dan dengki merupakan penyakit hati yang jahat dan dapat menimbulkan akhlak yang tercela. Hal ini dapat mengarah pada permusuhan, kebencian, berpikir jahat terhadap orang lain, fitnah, berbohong, bahkan mengabaikan sesama Muslim, yang semuanya merupakan dosa besar.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement