REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gerakan LGBT luar biasa semakin masih. Bahkan, anggota Komisi X DPR RI Sodik Mudjahid menilai, gerakan tersebut lebih dari gerakan sebuah ideologi dan melebih dari gerakan misi sebuah agama. Serta, melebihi sebuah gerakan bisnis.
"Harus diteliti apa motivasi sesungguhnya dibalik gerakan itu semua. Pelakunya super militan. Sasarannya semua segmen usia. Sasarannya semua kelompok dan elemen," ujar Sodik Mujahid, kepada wartawan, Kamis (24/8/2023).
Kampanye LGBT tersebut, kata dia, masuk melalui berbagai cara. Yakni, regulasi, seni, budaya, pendidikan, pemerintahan, hiburan, olahraga seperti saat Piala Dunia di Qatar dan lainnya. Kemudian, masuk di dunia legislatif, eksekutif, yudikatif.
Bahkan, kata dia, tampil dalam berbagai buku, animasi, film, video, kartun dan panggung pertunjukan. "Karena itu, lembaga sehebat ITB juga sempat kecolongan, dimasuki gerakan ini. Rektor ITB pun sudah menyampaikan permohonan maaf dan sebuah tindakan yang layak mengingat peran dan reputasi ITB sebagi lembaga yang mempunyai reputasi dalam melahirkan SDM yang memenuhi prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab," paparnya.
Oleh karena itu, Sodik mengajak semua pihak untuk merapatkan barisan. Serta meningkatkan kewaspadaan. "Mari singsingkan lengan baju, rapatkan barisan, tingkatkan kewaspadaan. Dan perbesar kewaspadaan penglihatan, pendengaran, penciuman serta pikiran dan nurani kita terhadap gerakan LGBT," katanya.
Kewaspadaan itu, kata dia, harus dimulai di rumah, sekolah, kampus, dan semua lembaga. "Jaga dan selamatkan anak anak cucu kita yang akan mengisi dan melanjutkan bangsa ini.Waspadai militansi gerakan LGBT ya tak jauh dari perkiraan bahkan pikiran kita" paparnya.