REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sejumlah peserta kereta peti sabun pada ajang lomba kereta peti sabun ke 10 di Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Sabtu (26/8/2023) terlihat sibuk menyiapkan kereta mereka yang akan diikutsertakan pada lomba balapan. Mereka terlihat antusias mengikuti lomba yang telah lama vakum.
Beberapa orang peserta bersama timnya terlihat masih mempersiapkan kereta peti sabun mereka di sekitar area kawasan. Kereta peti sabun milik peserta yang telah siap akan disimpan di area paddock. Kendaraan-kendaraan tersebut akan menunggu giliran untuk masuk ke lintasan balapan.
Cecep (20 tahun) salah seorang peserta mahasiswa asal Universitas Kebangsaan Republik Indonesia (UKRI) mengaku, bersama tim ikut serta dalam lomba balapan kereta peti sabun karena ingin mendapatkan pengalaman baru balapan kereta peti sabun. Mereka baru pertama kali mengikuti balapan yang sudah vakum hampir 30 tahun.
"Pertama (tahu) dari dosen disuruh ikut terus daftar, baru pertama kali. Tim ada tujuh orang, semua mahasiswa jurusan teknik mesin," ucap dia ditemui di area lomba di Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Sabtu (26/8/2023).
Dia menuturkan, proses pengerjaan kereta peti sabun yang dinamai Adam dibuat selama lima hari di kampus dengan biaya mencapai Rp 1,5 sampai 2 juta. Material yang digunakan sebagai rangka kereta peti sabun yaitu besi sedangkan bodi kereta menggunakan triplek dan multipleks sebagai alas kereta serta ban yang digunakan yaitu ban sepeda.
"Beratnya kereta kurang lebih 15 sampai 20 kilogram, ini udah ringan biar cepat," kata dia.
Persiapan mengikuti lomba kereta peti sabun sendiri, ia mengakui masih terdapat kekurangan. Keikutsertaan lomba kali ini sendiri lebih sebagai ajang bersenang-senang dan menjadi pengalaman.
"Senang-senang sambil belajar sambil memperkenalkan universitas. Ya antusias mengikuti acara ini," kata dia yang didampingi timnya Naufal Hafiz dan Gumelar Pamungkas.
Sementara itu, peserta lainnya yang tengah mempersiapkan kereta peti sabun yaitu Dzaky Rizky Irawan (14 tahun). Remaja SMP asal Kota Bandung ini antusias mengikuti kegiatan tersebut dan berharap bisa mendapatkan pengalaman yang berharga.
Ia didampingi langsung oleh orang tuanya yaitu Nuzrul Irwan Irawan. "Ya senang bisa ikut acara ini, pengalaman baru," ungkap dia.
Nuzrul Irwan Irawan orang tua Dzaky mengaku sengaja mengikutsertakan anaknya pada lomba kereta peti sabun sebagai pengalaman baru. Ia sendiri pernah menonton lomba tersebut pada tahun 1980-an di Sukajadi dan melihat saudaranya menjadi peserta.
"Alhamdulillah sekarang ke alami lagi sudah 30 tahun. Satu tim dua mobil total peserta enam," kata dia.
Ia mengatakan satu kereta peti sabun dipakai oleh tiga pengemudi untuk tiga kategori yaitu anak, remaja dan dewasa. Pria yang merupakan Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung ini menyiapkan kereta peti sabun selama sebulan di bengkel.
"Dalam pembuatan peti sabun dituntut kreativitas, kami berupaya si kendaraan bisa melaju lebih kencang. Total sama eksperimen buat mobil ada 3 bulan. Ban ganti awalnya ban BMX jadi ban sepeda lipat," ungkap dia.
Ia mengatakan, material rangka yang digunakan sebagai kereta peti sabun dari besi serta bodi dari alumunium. Beberapa bahan dibeli secara online. "Kita tim banyakan eksperimen," kata dia.
Keikutsertaan lomba ini, ia mengaku sebagai ajang meramaikan perlombaan sekaligus mengulangi peristiwa tahun 1980-an.
Ajang lomba kereta peti sabun diikuti 144 peserta untuk kelas balapan dan festival. Terdapat tiga kategori yaitu anak, remaja dan dewasa. Tiap kategori akan diambil juara sebanyak lima orang.