REPUBLIKA.CO.ID, BULELENG -- Pemilik CV Bali Pure Pola I Ketut Sumayana, membagiakan tips dan triknya sehingga usahanya bisa menembus pasar global. Ketut mengungkapkan bahwa pola pikir simpel dan konsisten menjadi kata kunci untuk memulai usaha.
"Pertama berpikir simpel. Saya dapat kunyit dari petani, lalu berpikir apa yang bisa saya buat dan orang butuh dari kunyit ini. Saya lihat di toko ada serbuk kunyit. Nah, ini bisa saya lakukan dari kunyit harga Rp 1.000 per kilogram bisa menjadi Rp 25 ribu," ujar Ketut dalam webinar Indonesia Skills Week by Prakerja, Senin (21/8/2023).
Sumayana mengenang usaha Bali Pure dimulai dari sebuah garasi kecil di Bali Utara dengan modal hanya Rp 300 ribu. Usaha dirintis karena melihat potensi buah kelapa yang pada 2016.
Tanpa berpikir rumit, Sumayana mulai mengolah kelapa menjadi VCO. Seluruh proses produksi itu dilakukan secara manual dengan tujuan utama memberikan nilai tambah. Jika kelapa sebelumnya dijual dengan harga tertentu, maka VCO produksi Bali Pure dapat dipasarkan Rp 75 ribu untuk kemasan 100 mililiter.
"Berpikir harus simpel. Untuk buat VCO ini, kami memproses kelapa dari petani. Kami congkel manual, peras pakai tangan, saring dan fermentasi. Seperti bayi, kita harus belajar merangkak untuk bisa berlari. Mulai dulu dari yang ada di sekitar," paparnya dalam siaran pers, Rabu (20/8/2023).
Sumayana tidak menampik jika produk Bali Pure sempat sepi pembeli pada enam bulan pertama. Namun, ketekunan dan konsistensi untuk terus memproduksi sambil memanfaatkan pemasaran secara daring melalui media sosial dan marketplace kemudian berbuah manis.
"Tentu kita memproduksi produk yang orang butuhkan, bukan (produk) yang kita inginkan. Hari ini tidak ada yang beli, besok ada yang datang pesan banyak. Nah itu harus kita penuhi. Manfaatkan digital, posting di media sosial, website dan lainnya," paparnya.
Sumayana menuturkan, beberapa pembeli dari luar negeri menemukan produk Bali Pure melalui postingan media sosial dan website. Mantan pegawai hotel ini tidak lupa memberikan tips bagi siapa saja yang hendak memulai usaha sendiri. Menurutnya, untuk bisa merintis usaha, seseorang harus memiliki entrepreneur mindset atau bisa menciptakan dan memanfaatkan peluang.
Dia mencontohkan ketika pandemi, penjualan produk VCO anjlok. Bali Pure pun kemudian menyasar produk natural hand sanitizer yang terbukti mampu mengerek penjualan hingga 200 persen. "Jadi kami melihat dan mengambil peluang terbaik, paling potensial dan menjanjikan. Seorang wirausaha juga harus pandai bersosialisasi dan membangun jaringan," paparnya.
Sumayana berpendapat semua orang dapat menjadi pelaku usaha jika mengenali potensi dan berani berpikir kreatif. Mengasah berpikir kreatif dapat dilakukan dengan mengikuti seminar dan pelatihan, termasuk melalui sosialisasi dengan teman.
Selanjutnya, mental wirausaha juga harus dipupuk dengan tidak sibuk memikirkan omongan orang lain. Pelaku usaha harus bertahan dan fokus pada tujuan. Jika ada masalah, pelaku usaha harus fokus pada solusinya, bukan berkutat pada masalah itu sendiri. "Kalau masih baru, dikritik jangan tersinggung. Kalau tersinggung, kita tidak akan maju. Lalu, jangan menuntut pembayaran sebelum memberikan pelayanan yang terbaik," ujarnya.
Ketut merupakan salah satu pelaku usaha binaan Sampoerna Enterpreneurship Training Center (SETC), sebuah program pemberdayaan UMKM binaan PT HM Sampoerna Tbk (Sampoerna) melalui payung Program Keberlanjutan 'Sampoerna Untuk Indonesia'.
Pendiri Bali Pure ini menuturkan, berkat sejumlah pelatihan bersama SETC, usaha yang dirintis dengan modal Rp 300 ribu kini bisa menjadi UMKM yang tumbuh positif dan telah memiliki kantor dan lini produksi sesuai standar BPOM.
Ketekunan dan konsistensi memasarkan produk membuat penjualan Bali Pure perlahan naik dan bisa menjangkau pasar luar negeri. "Baru-baru ini saya bersama dengan SETC habis dari Jepang (pameran Wellness Food Japan 2023) dan kami sedang menjajaki ekspor ke sana," paparnya.