REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Direktur Eksekutif Indonesia Presidential Studies (IPS), Nyarwi Ahmad, mengatakan belum diumumkannya bakal calon wakil presiden (cawapres) oleh bakal calon presiden (capres) merupakan bagian dari strategi masing-masing koalisi. Termasuk juga munculnya sejumlah nama yang belakangan disebut-sebut berpeluang mendampingi ketiga bakal capres yang juga dinilai merupakan strategi internal koalisi.
"Karena ini seperti game theory ya kalau orang mengajukan blok-blok ini, mengajukan cawapres ini, maka blok satunya juga akan menimpal cawapres yang sesuai dengan lawannya yang bisa untuk katakanlah bisa memenangkan dalam pemilu," kata Nyarwi dalam sebuah diskusi daring Bedah Hasil Survei Kepemimpinan Nasional, Rabu (30/8/2023).
Selain itu, Nyarwi juga mengatakan meskipun koalisi yang ada saat ini terkesan solid, namun menurutnya dinamika politiknya masih sangat berpeluang untuk berubah. Meski saat ini telah ada tiga koalisi, menurutnya bukan tidak mungkin akan muncul koalisi baru.
"Ada kecenderungan tiga nama yang selama ini muncul, artinya tiga blok koalisi, tapi bukan tidak mungkin ya masih terbuka karena dari sisi jumlah formasi partai pengusung capres cawapres itu masih memungkinkan memunculkan blok baru, tapi dari sisi data survei elektabilitas itu sebetulnya kecil kemungkinan ya karena yang nama-nama yang muncul itu kan ya hanya tiga nama itu, Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, naik turunnya kira-kira saling bersaing satu sama lain, saling salip-salipan, berikutnya juga ada Anies Baswedan yang menyusul di nomor 3 ke belakang," ucap dia.
Kemudian Dosen Ilmu Komunikasi Politik UGM itu menilai faktor lain yang menyebabkan bakal capres belum umumkan pendampingnya lantaran pemilihan cawapres akan menentukan pertimbangan pemilih dalam memilih pasangan capres-cawapres. Meski cawapres dinilai memiliki kontribusi yang kecil dalam menentukan orientasi pilihan capres, namun ketika cawapres dipasangkan dengan capres menurutnya hal tersebut justru memberi efek.
"Kalau misalnya dia dipasangkan ada kemungkinan juga itu, karena kalau kita lihat kan pilihan pada sosok capres apakah menjadi pertimbangan, yang kedua kalau dia dipasangkan akan menjadi pasangan itu sendiri, itu saya kira juga punya efek itu. Belum lagi kalau lawannya siapa, itu juga punya punya konsekuensi lagi pada pilihan-pilihan pemilih," ungkapnya.