Ahad 03 Sep 2023 14:36 WIB

Gus Yahya: Tidak ada Calon Presiden atau Wakil Presiden Atas Nama NU 

Gus Yahya tegaskan NU tidak akan berpolitik praktis

Rep: Rossi Handayani / Red: Nashih Nashrullah
 Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf,
Foto: Republika/Havid Al Vizki
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf,

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –  Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya menegaskan bahwa tidak ada calon presiden atau wakil yang berasal dari NU. Hal ini dia sampaikan dalan konferensi pers di Jakarta pada Sabtu (2/9/2023). 

"Soal sikap kami tegaskan sekali lagi tidak ada calon atas nama NU. Kalau ada calon itu dengan kredibitas sendiri tidak ada atas nama NU. (Kalau) ada klaim Kyai PBNU merestui itu tidak benar, tidak ada pembicaraan sama sekali di PBNU tentang calon presiden," kata Gus Yahya pada Sabtu. 

Baca Juga

Menurut Gus Yahya, terkait calon presiden hal tersebut berada di luar domain PBNU. Dia mempersilahkan kepada orang lain untuk berjuang mendapatkan kepercayaan masyarakat.  

"Sejauh ini warga sudah cukup cerdas. Warga punya pilihan sendiri ini harus dihormati. Saya sendiri dan Rais Aam punya sikap yang sama," kata Gus Yahya. 

Lebih lanjut dia mengungkapkan, bahwa NU tidak lagi terlibat dalam partai politik atau pun politik praktis. Hal ini sesuai dengan keputusan Muktamar pada 1984. 

"Dulu sebelum 1973, NU pernah menjadi partai politik, tapi para ulama sudah sepakat membuat keputusa bahwa NU tidak lagi beroperasi sebagai partai politik, tidak lagi menjalankan politik praktis tetapi kembali fungsinya sebagai organisasi keagaaman kemasyarakatan. Itu keputusan muktamar 1984, dulu terkenal kembali ke khittah," kata Gus Yahya. 

Gus Yahya melanjutkan, dalam norma organisasi NU tidak mengizinkan untuk mendukung pasangan calon presiden dan wakilnya atau sebagai kompetitor. 

 

Baca juga: 10 Peringatan dan Bahayanya yang Diabadikan dalam Alquran untuk Umat Manusia

Menurut dia, ulama NU juga mengetahui terkait hal ini dan mereka ingin pemilu yang lancar. "Semua orang, ulama punya concern agar pemilu berjalan sehingga baik dan lancar supaya hasilnya berkualitas dan prosesnya aman," ucap Gus Yahya. 

Gus Yahya mengatakan secara pribadi dirinya sudah memiliki pilihan, akan tetapi sebagai ketua umum PBNU dirinya harus dapat menahan diri agar pilihannya tidak sampai ke publik. Hal ini agar tidak sampai ada kesalahpahaman, seolah dia mempergunakan jabatan yang dimiliki. 

Baca juga: Kecemburuan Hafshah, Putri Umar Bin Khattab yang Memicu Turunnya Ayat Alquran

"Karena saya ketua umum, pengurus kalau saya warga biasa, bisa semau saya. Makanya saya tidak bisa melakukan artikulasi soal itu. Itu harga menjadi ketua umum seperti itu tidak boleh mengumbar," kata Gus Yahya.  

Dalam kesempatan ini, PBNU menyatkan akan menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama (Konbes NU) pada September 2023 di Pondok Pesantren Al-Hamid, Jalan Cilangkap Baru No 1, Cilangkap, Cipayung, Jakarta Timur. Keputusan tersebut berdasarkan Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU. 

Adapun Tema Munas adalah ‘Mendampingi Umat, Memenangkan Masa Depan’. Tema tersebut merupakan penjabaran dari tema besar PBNU masa khidmah 2022-2027: Merawat Jagat, Membangun Peradaban. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement