Kamis 07 Sep 2023 21:36 WIB

Pengamat Sebut PDIP Sudah Memiliki Lumbung Suara dari Warga NU

PDIP dinilai tak perlu menyiapkan strategi khusus untuk meraup suara warga Nahdliyin.

Peneliti BRIN, Siti Zuhro saat diwawancari wartawan di kawasan Jakarta Barat, Kamis (28/11).
Foto: Republika/Mimi Kartika
Peneliti BRIN, Siti Zuhro saat diwawancari wartawan di kawasan Jakarta Barat, Kamis (28/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Utama Politik BRIN, Siti Zuhro  menilai PDIP tak perlu menyiapkan strategi khusus untuk menggaet suara warga Nahdliyin agar memilih bakal calon presiden (capres) Ganjar Pranowo di Pilpres 2024. Menurut Zuhro, PDIP memiliki lumbung suara dari warga NU.

Sebab, NU dan Partai Nasional Indonesia (PNI) yang didirikan presiden pertama RI Soekarno pada 1927 memiliki keterkaitan satu sama lain. "Jangan lupa sebetulnya mengapa NU dan PNI dulu kala diteruskan dengan PDIP, PKB, dan PPP dapat bekerja sama. Mereka itu punya ceruk dukungan yang berimpit, jadi warga NU itu tidak asing dengan PNI," ujar Zuhro dalam keterangan, Kamis (7/9/2023).

Baca Juga

Siti Zuhro menuturkan, sebelum menjadi partai berlambang banteng moncong putih, PDIP berawal dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang dibentuk pada 10 Januari 1973. Partai ini dibentuk dari partai gabungan PNI dengan Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Partai Murba), Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), Partai Kristen Indonesia (Parkindo), dan Partai Katolik.

Menurut Zuhro, dalam survei Litbang Kompas pada Mei 2023 telah menunjukkan PDIP merupakan partai yang paling banyak dipilih warga Nahdlatul Ulama (NU). Berdasarkan survei ini, elektabilitas PDIP di kalangan NU juga meningkat dari 19,9 persen pada Januari 2023 menjadi 22,6 persen pada Mei 2023.

Artinya, kata Zuhro, PDIP tak perlu berbuat banyak untuk meraup suara warga NU. Namun, ia tak memungkiri PDIP pasif dalam melakukan kerja sama politik dengan partai lain. Hal ini terlihat dari PKB yang tak bersama PDIP dalam Pilpres 2024.

Menurutnya, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri merasa dapat mengajukan bakal capres pilihannya tanpa perlu melakukan kerja sama politik. "Itu kan partai mikir juga terus apa dapatnya kalau tidak ada koalisi gitu," katanya.

Keyakinan inilah yang membuat Zuhro menilai PDIP tak perlu berbuat banyak sebagai partai wong cilik, karena kesolidan itu yang akan mengantarkan mereka pada kemenangan dalam Pilpres 2024. "Tidak perlu (strategi khusus), makanya saya bilang ongkang-ongkang kaki, (suara) wong cilik (sekitar) 6 hingga 7 persen dapat," tegas dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement