Jumat 08 Sep 2023 06:49 WIB

Ekonom: Distribusi Beras Bulog Mesti Diawasi Ketat

Satgas Pangan patut dilibatkan supaya beras SPHP dapat tepat sasaran.

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi (kanan) bersama Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (kiri) dan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey (tengah) berbincang saat meninjau beras Bulog untuk Retail di Hypermart Puri Indah, Jakarta, Rabu (8/2/2023). Peninjauan tersebut dalam rangka monitoring ketersediaan dan harga pangan menjelang hari besar keagamaan dan Nasional Idul Fitri tahun 2023. Beras bulog yang dijual di toko ritel tersebut dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dalam rangka stabilisasi harga beras di tingkat konsumen.
Foto: Republika/Prayogi.
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi (kanan) bersama Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (kiri) dan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey (tengah) berbincang saat meninjau beras Bulog untuk Retail di Hypermart Puri Indah, Jakarta, Rabu (8/2/2023). Peninjauan tersebut dalam rangka monitoring ketersediaan dan harga pangan menjelang hari besar keagamaan dan Nasional Idul Fitri tahun 2023. Beras bulog yang dijual di toko ritel tersebut dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dalam rangka stabilisasi harga beras di tingkat konsumen.

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Ekonom dari Universitas Sumatera Utara (USU) Wahyu Ario Pratomo mengingatkan distribusi beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dari Perum Bulog mesti diawasi ketat agar tidak bocor, sehingga tujuannya untuk menekan harga tercapai.

"Tentu kita berharap tidak terjadi hal-hal seperti penimbunan, karena itu akan membuat harga beras terus naik meski Bulog sudah menggelontorkan beras mereka," ujar Wahyu, di Medan, Kamis (7/9/2023).

Baca Juga

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU itu pun berharap pemerintah dapat mengawasi penyaluran beras tersebut, termasuk di wilayah Sumut, secara saksama. Wahyu melanjutkan, pihak-pihak seperti Satgas Pangan patut dilibatkan supaya beras SPHP dapat tepat sasaran.

"Pengawasan distribusi beras SPHP harus ketat dan petugas wajib berani mengambil tindakan tegas pada setiap pelanggaran. Semoga pihak berwenang memiliki integritas tinggi supaya jangan ada praktik-praktik ilegal agar upaya menstabilkan harga beras efektif. Ini memang menjadi tantangan," kata akademisi dia.

Sementara untuk Perum Bulog, dia berharap dapat benar-benar memperhatikan mitra penyaluran beras SPHP mereka. Wahyu menyebut, latar belakang mitra penting untuk diketahui sebelum memberikan kewenangan bagi mereka untuk menjual beras SPHP.

"Idealnya, berasnya jangan asal diberikan. Di situlah keterlibatan Bulog dalam pengawasan," ujar Wahyu pula.

Di Sumut, Perum Bulog menegaskan bahwa pengawasan distribusi beras SPHP dilakukan oleh Satgas Pangan dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).

Adapun dari pihak Bulog, Pemimpin Wilayah Perum Bulog Kanwil Sumut Arif Mandu menyebut, pengawasan beras SPHP salah satunya dilakukan dengan menginstruksikan pedagang atau toko mitra untuk memasang spanduk pemberitahuan bahwa mereka menjual beras SPHP sesuai harga eceran tertinggi (HET) yakni Rp11.500 per kilogram.

Jika tidak memasang spanduk tersebut, Arif menyebut bahwa pedagang itu dapat dicurigai menjual beras SPHP di atas HET.

"Kalau itu ditemukan Satgas Pangan, pedagang bisa mendapatkan masalah," kata dia pula.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement