REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Tujuan utama berziarah kubur adalah untuk mengingatkan diri akan kematian, selain itu mendoakan orang yang telah meninggal dunia agar mendapatkan nikmat kubur. Namun demikian seringkali orang yang berziarah kubur sampai menangis.
Sebabnya pun berbeda-beda. Ada yang menangis karena begitu merenungkan kematian. Ada yang menangis karena rasa rindu dengan orang terkasih yang telah meninggal. Namun demikian bolehkah menangis di kuburan karena hal-hal demikian?
Sejatinya menangis merupakan hal yang wajar bagi manusia. Tidak ada keterangan yang secara eksplisit melarang menangis di kuburan. Terlebih karena merenungi kematian. Bahkan Rasulullah SAW juga pernah menangis ketika berada di kuburan. Sebab beliau menangis karena beliau memikirkan tentang alam barzah yang akan dilalui oleh setiap umatnya.
عن البراء قال: كنا مع رسول الله ﷺ في جنازة فجلس على شفير القبر فبكى من حوله حتى بل الثرى ثم قال: يا إخواني لمثل هذا فأعدوا
Dari al-Bara’ r.a, dia berkata, “Kami bersama Rasulullah SAW pada (penguburan) suatu jenazah, lalu beliau duduk pada tepi kubur, kemudian beliau menangis sehingga tanah menjadi basah, lalu beliau bersabda: “Wahai saudara-saudaraku, bersiap-siaplah untuk yang seperti ini,". (HR. Ibnu Majah) (Lihat juga kitab at Tadzkirah karya Imam Qurthubi halaman 301 yang diterbitkan Maktabah Darul Minhaj).
Sahabat nabi Muhammad SAW yakni Utsman bin Affan juga pernah menangis di kuburan. Sebabnya pun sama, beliau memikirkan tentang alam kubur.
ابن ماجه عن هانئ (مولى) عثمان بن عفان قال: كان عثمان رضي الله عنه إذا وقف على قبر بكى حتى يبل لحيته . فقيل له: تذكر الجنة والنار و لا تبكي وتبكي من هذا ؟ قال: إن رسول الله ﷺ قال: إن القبر أول منازل الآخرة فإن نجا منه فما بعده أيسر منه. وإن لم ينج منه فما بعده أشد منه.
Artinya: Ibnu Majah meriwayatkan dari Hani anak asuh Utsman bin Affan, dia berkata: Ketika Utsman bin Affan berdiri di atas kuburan, ia menangis sehingga basah jenggotnya. Maka bertanya seseorang padanya: mengapa engkau bila mengingat surga dan neraka tidak menangis sedangkan mengingat ini (kuburan) engkau menangis ? Utsman bin Affan menjawab: Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya alam kubur itu awal menuju akhirat, apabila seseorang selamat dari alam kubur maka mudahlah setelah itu baginya. Dan bila tidak selamat seseorang dari alam kubur maka setelahnya lebih berat baginya. (Lihat Imam Qurthubi dalam kitab at Tadzkirah halaman 301 yang diterbitkan Maktabah Darul Minhaj).
Namun demikian menangisnya Rasulullah dan para sahabat tidak berlebih-lebihan. Ini berbeda dengan kebiasaan orang-orang Arab Jahiliyah yang ketika menangis menjerit-jerit ketika keluarganya meninggal. Mereka sampai merobek-robek baju, menjambak-jambak rambut, hingga memukul-mukul tanah kuburan karena kematian keluarganya. Inilah menangis yang dilarang dalam Islam.
Hal ini sebagaimana dalam sebuah riwayat disebutkan ada seorang wanita menangis keras (menggaur-gaur) di sebuah kuburan. Rasulullah lalu mengingatkan wanita itu.
مَرَّ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – بِامْرَأَةٍ تَبْكِى عِنْدَ قَبْرٍ فَقَالَ « اتَّقِى اللَّهَ وَاصْبِرِى » . قَالَتْ إِلَيْكَ عَنِّى ، فَإِنَّكَ لَمْ تُصَبْ بِمُصِيبَتِى ، وَلَمْ تَعْرِفْهُ . فَقِيلَ لَهَا إِنَّهُ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – . فَأَتَتْ بَابَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَلَمْ تَجِدْ عِنْدَهُ بَوَّابِينَ فَقَالَتْ لَمْ أَعْرِفْكَ . فَقَالَ « إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولَى »
Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati seorang wanita yang sedang menangis di sisi kubur. Rasulullah berkata, ’Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah!’ Wanita tersebut berkata, ’Menyingkirlah dariku, karena kamu tidak tertimpa musibah sepertiku’. Wanita tersebut tidak mengetahui bahwa itu adalah Nabi. Lalu dia diberitahu bahwa yang menegurnya adalah Nabi, maka dia kemudian mendatangi rumah beliau. Dia tidak mendapati penjaga di rumah beliau. Dia berkata, ‘Aku tidak mengetahui bahwa itu engkau.’ Maka Nabi berkata, ‘Kesabaran itu hanyalah di awal musibah’”. (HR. Bukhari no. 1283 dan Muslim no. 2179)