Ahad 10 Sep 2023 20:14 WIB

Merah Putih Berkibar di Puncak Eiger 6 September 2023

Lewati cuaca ekstrem, pendaki Indonesia taklukkan Puncak Gunung Eiger

Iwan Kwecheng Irawan (kanan) dan Nurhuda (kiri) berhasil mengibarkan Merah Putih di Puncak Gunung Eiger, 6 September 2023.
Foto: Istimewa
Iwan Kwecheng Irawan (kanan) dan Nurhuda (kiri) berhasil mengibarkan Merah Putih di Puncak Gunung Eiger, 6 September 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Suhu panas ekstrem di ujung musim panas menyambut tim pendaki asal Indonesia di Kota Chamonix, sekitar kawasan Pegunungan Alpen, Swiss. Empat pendaki yang tergabung dalam Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung (Wanadri) tiba di Kota Chamonix, pada 21 Agustus 2023.  

photo
Setelah melewati banyak rintangan, akhirnya pendaki Indonesia sampai di Puncak Gunung Eiger. - (Istimewa)

 

Keberangkatan mereka mendapat dukungan dari Eiger Adventure (EIGER). Sudah ratusan tahun, Kota Chamonix di gerbang Pegunungan Alpen menjadi lokasi  impian bagi para pendaki gunung dari seluruh dunia. Keberangkatan pendaki asal Tanah Air itu membawa misi ekspedisi Alpine Trilogy.

photo
Empat pendaki Indonesia Iwan Kwecheng Irawan, Nurhuda, Muhammad Wahyudi dan Muhammad Miftakhudin tiba di Kota Chamonix, pada 21 Agustus 2023. - (Istimewa)

Misi ini digagas oleh Komite Ekspedisi Wanadri Indonesia (KEWI) disambut dengan dukungan dari EIGER, brand penyedia perlengkapan kegiatan luar ruang asal Bandung. Ekspedisi meliputi pendakian ke tiga puncak gunung di Pegunungan Alpen, yakni Eiger 3.967 Mdpl, Matterhorn 4.487 Mdpl dan Mont Blanc 4.807 Mdpl.

Iwan Kwecheng Irawan, pendaki senior Wanadri yang tergabung dalam tim Alpine Trilogy, menjadi salah satunya yang mewakili EIGER Adventure Service Team. Belum lama ini, Iwan sempat menceritakan kisahnya dari Swiss kepada pihak EIGER melalui saluran telepon .

Menurut Iwan, membutuhkan waktu berhari-hari untuk melakukan aklimatisasi tubuh, juga mengumpulkan semua data informasi dan teknis yang diperlukan. Mengingat, untuk menjajal ketiga gunung itu membutuhkan keterampilan teknis dan pengalaman pendakian yang tinggi.

‘’Tantangan yang paling terkesan mulai dari gelombang panas esktrem yang melanda Swiss hingga cuaca berubah jadi badai salju,’’ ungkap Iwan. Akibat cuaca panas ekstrem yang melanda Eropa, pendakian ke Mont Blanc terpaksa sempat tertunda karena jalur pendakian ditutup.

Kabar penutupan jalur pendakian Mont Blanc diterimanya secara mendadak. Mont Blanc ditutup karena gletser atau bongkahan es besar di jalurnya semakin retak dan menganga akibat gelombang panas. Kondisi itu, papar Iwan, sangat tidak aman untuk pendakian.

Oleh karena itu, Iwan bersama tiga pendaki lainnya, Nurhuda, Muhammad Wahyudi dan Muhammad Miftakhudin memutuskan melanjutkan ekspedisi menuju puncak kedua, yakni Matterhorn pada ketinggian 4.487 Mdpl. Berawal dari Desa Zermatt, desa terdekat menuju Matterhorn, cuaca lagi-lagi tidak sesuai dengan rencana. Di Zermatt malah turun badai salju.

‘’Sejak dari Zermatt badai salju besar datang hingga menghadang kami di tengah jalur, tepatnya di Solvayhuette. Terlalu berbahaya untuk dilanjutkan hingga puncak Matterhorn. Akhirnya kami kembali ke Zermatt,’’ ungkap Iwan.

Berhasil Mencapai Puncak Gunung Eiger

Usai memulihkan fisik dan mental selama tiga hari, empat orang pendaki Indonesia kembali melanjutkan misi ketiga, yakni ke Gunung Eiger pada ketinggian 3.967 Mdpl. Menurut Iwan, Gunung Eiger secara teknis termasuk satu dari pendakian tersulit di dunia. Gunung Eiger pula yang menjadi inspirasi dari nama brand perlengkapan luar ruang asal Bandung, yaitu EIGER Adventure.

‘’Jalur pertama ke puncak Eiger kami coba lewat Heckmair, tapi pijakan di atas es dinding Eiger jalur Heckmair terus menerus runtuh karena cuaca panas. Akhirnya kami ubah jalur melalui West Flank,’’ tutur Iwan menceritakan via telepon. Kondisi salju yang mencair karena suhu panas juga terjadi di jalur West Flank. Namun jalurnya tidak seberbahaya jalur Heckmair.

Batu cadas tajam dipijak dan digenggam erat, tangan dan kaki meraih es dan mendaki vertikal, memanjat lereng Eiger dengan teknik dan standar keselamatan tinggi. Empat orang pendaki Indonesia menggunakan peralatan teknis yang membutuhkan jam terbang tinggi di urusan pendakian berbahaya.

Hingga akhirnya dua orang pendaki, yakni Iwan Kwecheng Irawan dan Nurhuda berhasil mencapai puncak Gunung Eiger. Dua pendaki lainnya terpaksa menghentikan pendakian di tengah jalur karena alasan medis. Muhammad Miftakhudin mengalami cidera lutut bengkak dan tumit lecet.

‘’Hari Rabu 6 September 2023 pukul 13:50 waktu Swiss, Merah Putih berhasil berkibar di atas puncak Gunung Eiger 3.967 Mdpl, salah satu dari gunung tersulit dan paling berbahaya di dunia. Terima kasih atas dukungan dan doanya dari seluruh kawan-kawan Wanadri dan EIGER,’’ kisah Iwan.

Usai mencapai puncak Eiger, satu malam dihabiskan untuk pemulihan dan mendirikan bivak menggantung di lereng cadas Eiger. Setelah anggota tim yang cidera perlahan pulih, empat pendaki Indonesia ini berhasil turun ke Kaki Pegunungan Alpen pada Kamis (7/9/2023) pukul 14.00 WIB.  

Hingga berita ini tayang, ekspedisi belum usai. Masih ada beberapa percobaan lagi menuntaskan misi Alpine Trilogy. ‘’Mohon doa dan dukungan semoga empat orang pendaki asal Indonesia di Pegunungan Alpen selalu diberikan perlindungan, keselamatan dan kesehatan hingga kembali ke Indonesia,’’ tandas Iwan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement