REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA Alquran menjelaskan bahwa Allah SWT meneguhkan hati orang-orang beriman dengan ucapan yang teguh di dunia dan akhirat.
Apa ucapan yang teguh tersebut? Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Alquran Surat Ibrahim sebagai berikut:
يُثَبِّتُ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِى الْاٰخِرَةِۚ وَيُضِلُّ اللّٰهُ الظّٰلِمِيْنَۗ وَيَفْعَلُ اللّٰهُ مَا يَشَاۤءُ ࣖ
"Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (kalimat thayibah) dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Allah menyesatkan orang-orang yang zalim, dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki."”(QS Ibrahim ayat 27)
Dilansir dari buku Fadhail Dzikr yang disusun Syaikhul Hadits Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi Rahmatullah alaih dan diterjemahkan Tim Penerjemah Kitab Fadhilah Amal Masjid Jami Kebon Jeruk Jakarta, diterbitkan Pustaka Ramadhan, disebutkan dari Sayyidina Barra' radhiyallahu anhu, baginda Rasulullah SAW bersabda, "Yang dimaksud dengan ucapan yang teguh dalam ayat di atas adalah jika seorang Muslim di dalam kuburnya ditanya, kemudian dia menjawab dengan bersaksi, "Laa ilaaha illallah Muhammadur Rasulullah."
Sayyidatina Aisyah radhiyallahu anha berkata, "Maksud ayat di atas adalah jawaban terhadap pertanyaan di dalam kubur."
Sayyidina lbnu Abbas Radhiyallahu anhu berkata, "Ketika seorang Muslim hampir meninggal dunia, para malaikat akan datang dan memberi salam kepadanya. Mereka memberi kabar gembira tentang surga. Ketika dia telah wafat, para malaikat akan menyertainya dalam sholat jenazahnya. Ketika dia sudah dikubur, para malaikat akan mendudukkannya dan terjadilah tanya jawab, yang salah satu pertanyaannya adalah, 'Apa keyakinanmu?' Maka ia akan mengucapkan, 'Asyhadu anlaa ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah'. lnilah maksud ayat di atas.
Sayyidina Abu Qatadah Radhiyallahu anhu berkata, "Maksud ucapan yang teguh di dunia adalah 'Laa ilaaha illallah' sedangkan maksud ucapan yang teguh di akhirat adalah jawaban-jawaban pertanyaan kubur." Seperti ini juga pendapat dari Syekh Thawus rahmatullah alaih.
Menurut tafsir Kementerian Agama ayat ini mengandung arti Allah SWT meneguhkan hati orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh, yaitu kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, dalam kehidupan mereka di dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dari jalan kebenaran, dan Allah berbuat apa saja yang Dia kehendaki, seperti memberi hidayah kepada orang mukmin dan membiarkan sesat orang yang ingkar.
Baca juga: Temuan Peneliti Amerika Serikat dan NASA Ini Buktikan Kebenaran Alquran tentang Kaum Ad
Dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan bahwa Dia meneguhkan orang-orang yang mukmin dengan ucapan-ucapan yang baik dan teguh, baik dalam kehidupan di dunia ini, maupun di akhirat. Dengan demikian, ada hubungan timbal balik antara iman dengan ucapan yang baik dan teguh.
Iman mendorong seseorang untuk senantiasa menggunakan ucapan yang baik dan teguh. Sebaliknya, ucapan yang baik itu dapat memelihara keteguhan iman seseorang.
Dalam ayat ini selanjutnya, Allah SWT menegaskan bahwa Dia membiarkan sesat orang-orang yang zalim dan yang suka berbuat menurut kehendaknya sendiri, tanpa mengabaikan peraturan yang benar, antara lain ialah mengucapkan kata-kata yang buruk yang mengajak kepada kekafiran, kemusyrikan, kemaksiatan, dan sebagainya.