Rabu 27 Sep 2023 11:25 WIB

Titik Didih Air 100 Derajat Celsius, Benarkah?

Beberapa faktor yang bisa mempengaruhi perubahan titik didih dan titik beku air.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Natalia Endah Hapsari
Titik didih air ternyata tidak selalu 100 derajat Celsius.
Foto: Unsplash
Titik didih air ternyata tidak selalu 100 derajat Celsius.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Selama ini boleh dibilang kita mengetahui bahwa air akan membeku pada suhu 0 derajat Celsius dan mendidih pada suhu 100 derajat Celsius. Namun, sebagian orang mungkin belum mengetahui bahwa titik didih air bisa berubah. Bagaimana dengan titik beku air?

Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi perubahan titik didih dan titik beku air. Sebagian dari faktor tersebut adalah kelembapan dan tekanan.

Baca Juga

"Untuk titik didih air, ada sedikit ketergantungan terhadap kelembapan, tetapi hampir semuanya (dipengaruhi) oleh tekanan," kata profesor di bidang fisika dari Colorado State University, Prof Jacob Roberts, seperti dilansir LiveScience, Rabu (27/9/23).

Sebagai contoh, air yang direbus di puncak gunung akan mendidih pada suhu yang lebih rendah dibandingkan pada saat direbus pada ketinggian yang setara dengan permukaan laut. Hal ini bisa terjadi karena atmosfer di puncak gunung lebih tipis, sehingga tekanan yang diberikan ke panci berisi air akan lebih rendah. Dengan begitu, energi panas yang dibutuhkan untuk mendidihkan air tersebut akan lebih sedikit.

Di puncak Gunung Everest misalnya, dengan ketinggian 8.849 meter di atas permukaan laut, air bisa mendidih pada suhu 68 derajat Celsius menurut Lunar and Planetary institute. Namun, meski mendidih, air tersebut tidak bisa menghasilkan seduhan kopi yang nikmat karena kopi perlu diseduh dengan air bersuhu minimal 87 derajat Celsius.

Sedikit berbeda dengan titik didih air, titik beku air hampir selalu berkisar di suhu 0 derajat Celsius. Proses pembekuan sebenarnya sedikit dipengaruhi oleh tekanan. Namun, tekanan yang terjadi secara alami di bumi tidak cukup besar untuk bisa mengubah titik beku air.

Sebagai gambaran, air yang berada di kedalaman Palung mariana bisa mendapatkan tekanan 1.000 kali lebih besar dibandingkan saat di puncak Gunung Everest. Meski begitu, titik beku air di kedalaman tersebut tetaplah 0 derajat Celsius.

Dibutuhkan tekanan atmosfer hampir 10.000 kali lipat dari itu untuk bisa mengubah titik beku air di bumi. Namun, tekanan atmosfer sebesar itu tak akan bisa ditemukan secara alami di muka bumi.

Meski begitu, ada mekanisme bernama radiative cooling yang bisa membuat air membeku meski suhu di sekitarnya belum mencapai 0 derajat Celsius. Sebagai contoh, air di dalam kolam bisa membeku dalam waktu semalam meski suhu di sekitarnya lebih hanya, yaitu 5 derajat Celsius.

Hal ini bisa terjadi karena udara di atas kolam memiliki kondisi yang sangat kering dan mendorong terjadinya penguapan. Air yang menguap ke atas kolam akan membawa panas, sehingga air yang tersisa di kolam menjadi lebih dingin.

Alasan lainnya, udara di dekat permukaan tanah mungkin tidak mencapai suhu 0 derajat Celsius. Akan tetapi, pada atmosfer yang lebih tinggi, suhu udara bisa mencapai -40 derajat Celsius. Kondisi suhu udara yang lebih dingin di atmosfer yang lebih tinggi akan mendorong energi panas dari air di kolam naik ke atas. Pergerakan energi panas ini bisa membuat suhu air di kolam menurun dan mencapai titik beku meski lingkungan di sekitarnya tidak.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement