REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Misi tujuh tahun Origins, Spectral Interpretation, Resource Identification, Security-Regolith Explorer (OSIRIS-REx) Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) untuk mengumpulkan batu dan debu dari asteroid dekat Bumi telah selesai. Kapsul yang berisi sampel terakhir kembali ke Bumi pada pagi hari Ahad (24/9/2023), mendarat di gurun di Tempat Uji dan Pelatihan Utah milik Departemen Pertahanan pada pukul 10.52 ET.
Dilansir Engadget, Rabu (27/9/2023), perangkat tersebut mengumpulkan sekitar 250 gram material dari asteroid kaya karbon yang dijuluki “Bennu”, yang menurut NASA menampung beberapa batuan tertua di tata surya kita. Sampel tersebut memberi para ilmuwan lebih banyak informasi tentang unsur-unsur penyusun susunan planet 4,5 miliar tahun lalu.
Karena asteroid dianggap sebagai “kapsul waktu” alami—sebab perubahannya yang sangat sedikit dari waktu ke waktu— benda antariksa itu dapat memberi para peneliti gambaran tentang komposisi kimia awal tata surya kita dan menentukan apakah Bennu membawa molekul organik yang ditemukan dalam kehidupan atau tidak. Kini setelah sampel berada di tangan para ilmuwan NASA, badan tersebut mengatakan para penelitinya akan membuat katalog koleksi tersebut dan melakukan analisis mendalam selama dua tahun ke depan.
Misi NASA dimulai pada September 2016, diluncurkan dari Cape Canaveral di Florida. Butuh waktu satu tahun untuk terbang melintasi Bumi sebelum tiba di asteroid Bennu 15 bulan kemudian pada Desember 2018.
Pada 20 Oktober 2022, penjelajah berhasil mengambil sampel dari Bennu dan memulai perjalanannya kembali ke Bumi pada 10 Mei 2021. Setelah mendarat pada 24 September, The OSIRIS-REx telah menempuh perjalanan sejauh 3,9 miliar mil. Meskipun OSIRIS-REx milik NASA bukanlah upaya pertama yang dilakukan badan antariksa untuk mengirimkan sampel asteroid ke Bumi, misi ini memiliki ukuran sampel terbesar.
Sampel Bennu diperkirakan mengandung sekitar setengah pon material atau 0,22 kg batuan dari permukaan asteroid. Hal serupa juga terjadi pada misi Hayabusa milik Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) yang mengirimkan bintik-bintik dari asteroid bernama Itokawa dan dalam misi sekundernya, membawa kembali sekitar lima gram asteroid lain bernama Ryugu pada tahun 2021.
Badan tersebut membagikan 10 persen sampelnya kepada NASA pada saat itu. NASA diperkirakan akan membagikan sebagian kecil sampel OSIRIS-REx dari Bennu dengan JAXA. Saat sampel mendarat, pesawat ruang angkasa OSIRIS-REx milik NASA tetap berada di luar angkasa.
Kini mereka telah memulai misi baru untuk menjelajahi asteroid dekat Bumi lainnya yang disebut Apophis, yang menurut NASA berdiameter sekitar kira-kira 370 meter dan akan berada dalam jarak 20.000 mil dari Bumi pada tahun 2029.
Proyek baru yang diberi nama OSIRIS-APophis EXplorer (OSIRIS-APEX) ini akan mempelajari perubahan asteroid yang diyakini pada ahli pada tahun 2004 memiliki peluang 2,7 persen untuk menabrak Bumi. Pendorong gas pesawat ruang angkasa ini akan berusaha untuk “mengusir debu dan batu-baru kecil di dalam dan di bawah permukaan Apophis,” sehingga memberikan para ahli data tentang bagaimana kedekatan asteroid dengan Bumi memengaruhi orbit, kecepatan putaran, dan komposisi permukaannya.