Selasa 03 Oct 2023 13:05 WIB

Apa Penyebab Ibu Alami Baby Blues Sampai Depresi Setelah Melahirkan?

Faktor penyebab pasti gangguan mental sampai saat ini belum diketahui.

Rep: Desy Susilawati / Red: Friska Yolandha
Ibu dengan baby blues. Usai melahirkan, ibu seringkali mengalami baby blues syndrome, terutama pada ibu-ibu yang baru memiliki anak.
Foto: telegraph.co.uk
Ibu dengan baby blues. Usai melahirkan, ibu seringkali mengalami baby blues syndrome, terutama pada ibu-ibu yang baru memiliki anak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Usai melahirkan, ibu seringkali mengalami baby blues syndrome, terutama pada ibu-ibu yang baru memiliki anak. Jika tidak ditangani dengan baik, hal ini bisa memicu depresi pasca melahirkan. 

Apa sebenarnya pemicu masalah atau gangguan kejiwaan ibu yang habis melahirkan?

Baca Juga

Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa dari Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI), dr Zulvia Oktanida Syarif, SpKJ, mengungkapkan faktor penyebab pasti gangguan mental sampai saat ini belum diketahui. Jadi penyebab pasti kenapa orang alami depresi atau gangguan mental lain, itu tidak ada yang mengetahui hingga saat ini bahkan peneliti atau ilmuwan sampai saat ini tidak ada yang tahu.

Namun, ilmu pengetahuan saat ini memahami beberapa faktor risiko yang membuat seseorang mengalami kondisi gangguan mental atau depresi.

"Jadi kita mengenal faktor biopsikososial, ada multi faktor. Faktor bio itu faktor biologis, mungkin pada si ibu tersebut, ada faktor genetik, ada faktor turunan untuk mengalami gangguan kesehatan jiwa. Jadi ada faktor genetik didalam diri ibu tersebut," ujarnya dalam exclusive media interview, Senin (2/101/2023).

Selain itu, ada faktor perubahan fungsi dari area otak tertentu. Ada fungsi neurotransmitter, suatu zat kimiawi di otak kita. Dia bekerja, mengirim sinyal antar sel. 

"Orang yang mengalami gangguan mental atau depresi, neurotransmitternya terganggu. Jadi faktor biologis," ujarnya.

Faktor lainnya adalah faktor psikologis, faktor mulai dari kepribadian orang tersebut, faktor pengasuhan dia waktu dia masih kecil, artinya pengalaman-pengalaman dia, dari kecil hingga dia dewasa, mungkinkah dia waktu kecil ada trauma masa kanak-kanak, apakah dia diabaikan ibunya atau ortunya, mulai ngalamin kekerasan fisik, verbal atau seksual. 

Atau dia mengalami bully waktu kecil, semua faktor itu mempengaruhi faktor psikologis. Semua kejadian itu mempengaruhi faktor psikologis individu tersebut.

Terakhir faktor sosial, mungkin perdebatan dengan suami, ribut sama mertua, masalah finansial, masalah suami selingkuh. 

Semua faktor ini muncul pada satu orang baru muncul gangguan mentalnya. Yang sering orang awam lihat adalah faktor sosial.

"Oh karena suaminya selingkuh. Oh suaminya sih enggak bantuin ngurus anak. Oh masalah keuangan, oh masalah dengan orang tua. Tidak semudah itu, artinya tidak sesederhana ada masalah sosial, masalah stress atau kehidupan lalu alami gangguan mental atau depresi," katanya.

"Jadi faktor-faktornya harus berkumpul menjadi satu," ujarnya. 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement