Jumat 26 Sep 2025 14:42 WIB

Alasan Seseorang Sulit Merapikan Rumah, tak Selalu karena Malas

Menurut psikolog, ada alasan tersembunyi mengapa seseorang cenderung berantakan.

Rumah berantakan (ilustrasi).
Foto: Dok. Freepik
Rumah berantakan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Piring kotor menumpuk di wastafel, pakaian bersih bercampur dengan pakaian kotor di lantai; rumah yang berantakan sering kali disalahartikan sebagai tanda kemalasan. Anggapan tersebut dinilai tidak selalu benar.

Psikolog dan co-director di San Francisco Bay Area Center for Cognitive Therapy, Michael Tompkins, mengatakan sangat sedikit orang yang benar-benar mengalami kehidupan yang bebas dari kekacauan atau berantakan. Faktanya, kata dia, ada banyak alasan tersembunyi mengapa seseorang cenderung berantakan, mulai dari tahapan hidup, sifat kepribadian, hingga kondisi kesehatan mental.

Baca Juga

Memahami penyebab di balik kekacauan ini adalah kunci untuk mengetahui apakah kekacauan tersebut hanyalah bagian dari gaya hidup yang tidak berbahaya, atau sudah menjadi masalah serius yang menimbulkan tekanan emosional. Berikut ini penjelasannya dikutip dari laman Huffington Post pada Jumat (16/9/2025):

1. Anda mungkin memiliki ADHD

Ketidakorganisasian adalah salah satu gejala utama (hallmark symptoms) dari Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD). "Fungsi eksekutif secara universal terganggu di otak ADHD," ujar seorang psikoterapis dan penulis, Terry Matlen.

Fungsi eksekutif mencakup kemampuan penting seperti merencanakan, memulai, dan menyelesaikan tugas, serta memori kerja. Tompkins menjelaskan kesulitan pada memori kerja membuat seseorang mudah terganggu dan sulit menyelesaikan tugas dari awal hingga akhir. Misalnya, Anda mungkin meletakkan kunci di tempat yang salah bukan karena disengaja, melainkan karena perhatian teralihkan, dan otak kesulitan mempertahankan gagasan untuk menaruh kunci di tempat yang sudah ditentukan.

"Itu bahkan bukan keputusan sadar," kata Tompkins.

Lebih lanjut, orang dengan ADHD sering merasa kewalahan oleh langkah-langkah tugas. Matlen mencatat bahwa ketika dihadapkan pada kekacauan besar, "Pertanyaan/masalahnya menjadi: ‘Saya harus mulai dari mana?’ Fungsi eksekutif menjadi terbebani".

Natalie Christine Dattilo, seorang psikolog Harvard, menambahkan bahwa tugas-tugas dengan minat rendah atau tanpa tenggat waktu nyata, seperti melipat cucian, sangat sulit untuk dimulai.

2. Anda mungkin berjuang melawan depresi dan/atau kecemasan

Kondisi mental sering kali terwujud dalam ruang fisik. "Keadaan ruang fisik kita bisa menjadi cerminan keadaan pikiran kita," ujar Dattilo.

Seseorang yang mengalami depresi biasanya merasakan energi rendah dan kurang motivasi. Dattilo mengatakan motivasi kita berasal dari bagian otak yang mengantisipasi imbalan, dan ketika kita depresi, bagian otak itu secara efektif mati. Ini menciptakan rasa apatis yang membuat tugas membersihkan terasa sangat sulit.

Kecemasan dan depresi juga dapat menyebabkan kesulitan berkonsentrasi, membuat tugas kecil terasa besar. Ironisnya, kekacauan itu sendiri dapat memperburuk kondisi mental. "Studi menunjukkan bahwa kekacauan di rumah kita berhubungan dengan kadar kortisol yang tinggi, hormon stres," ujarnya. Jadi, kekacauan adalah akibat dari stres, yang kemudian juga memperparah tingkat stres dan kecemasan Anda.

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

(QS. Ali 'Imran ayat 159)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement