REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Membaca Alquran memang diganjar dengan pahala besar. Namun adanya kalanya semangat rajin membaca Alquran berakhir sia-sia di Hari Kiamat kelak karena perbuatan yang telah dilakukannya.
Mengapa demikian? Di Hari Kiamat, Alquran bisa menjadi penyelamat bagi seorang Muslim. Tidak hanya sebagai penyelamat, Alquran juga bisa melakukan pertentangan terhadap mereka yang rajin membacanya.
Hadits riwayat Abu Malik Al Asy'ari RA menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
- الطُّهورُ شَطرُ الإيمانِ والحمدُ للهِ تَملَأُ الميزانَ وسُبحانَ اللهِ والحمدُ للهِ تَملآنِ أو تَملَأُ ما بين السماواتِ والأرضَ والصلاةُ نورٌ والصدَقَةُ بُرهانٌ والصبرُ ضِياءٌ والقرآنُ حُجَّةٌ لك أو عليك كلُّ الناسِ يَغدو فبائعٌ نفسَه فمُعتِقُها أو موبِقُها
"Kesucian itu separuh dari iman, (ucapan) Alhamdulillah (Segala puji hanya bagi Allah) memenuhi timbangan, (ucapannya) Subhanallah (Maha Suci Allah) dan Alhamdulillah (Segala Puji hanya bagi Allah) keduanya memenuhi apa yang ada di antara langit dan bumi, shalat adalah cahaya, sedekah adalah burhan (bukti), sabar itu dhiya’ (cahaya yang disertai rasa panas). Alquran itu bisa menjadi hujjah bagimu atau melawanmu. Setiap orang berangkat di pagi hari sampai menjual dirinya sehingga dia membebaskannya atau membinasakannya." (HR Muslim)
Dengan membaca Alquran dan mengamalkannya, maka Alquran akan menjadi hujjah bagi pembacanya di Hari Kiamat. Tetapi jika tidak diamalkan maka justru Alquran di Hari Kiamat berbalik melawan mereka yang senantiasa membaca Alquran selama di dunia.
Orang yang rajin membaca Alquran tetapi tidak mengamalkannya, dan tidak melakukan perbuatan sesuai apa yang diperintahkan Alquran, maka Alquran itu akan menjadi penentangnya di Hari Kiamat.
Alquran menjadi penentang bagi mereka yang rajin membacanya karena mereka tidak menjauhi apa yang dilarang, tidak mengharamkan apa yang telah ditetapkan keharamannya, tidak menghalalkan apa yang halal, tidak menetapkan keputusan atas dasar haram dan halal, tidak terima terhadap apa yang telah ditetapkan, tidak ingin mengkaji, merenungkan dan mengamalkan ayat-ayat Allah SWT.
Baca juga: Mengapa Kita Mesti Mencintai Nabi Muhammad SAW? Ini 12 Alasannya yang Rasional
Para pembaca Alquran yang seperti itulah yang melakukan kebohongan dalam perkataannya, mengingkari janjinya dan melanggar kesepakatan. Orang yang mendapat perlawanan dari Alquran di Hari Kiamat, kerap melakukan kebohongan lewat tindakannya meski terhadap binatang.
Salah satu kisah yang perlu menjadi pelajaran adalah ketika Imam Bukhari bertemu dengan salah satu perawi hadis di suatu kota, yang memiliki seekor kuda. Suatu kali, dia membawa ember sambil menggiring kudanya. Kuda itu pun mengikuti arahan ulama itu.
Kemudian Imam Bukhari bertanya, "Apakah di dalam ember itu ada makanan kuda sehingga kuda itu menurut padamu?" Orang itu berkata, "Tidak ada. Ember ini kosong. Aku hanya membodohi kudaku."
Mengetahui itu, Imam Bukhari enggan meriwayatkan hadits darinya meski yang diriwayatkannya itu benar. Setelah itu Imam Bukhari pergi meninggalkannya. Ini karena perawi tersebut telah membohongi kudanya, yang tidak pantas dilakukan.
Karena itu, hendaknya setiap Muslim mengamalkan ayat-ayat suci Alquran yang dibacanya atau yang didengarnya. Agar kelak Alquran itu menjadi pembela di Hari Kiamat, bukan justru melawan.
Sumber: alukah