Rabu 04 Oct 2023 16:37 WIB

Nabi Muhammad Menyukai Rumah yang Penuh Ajaran dan Ilmu

Rumah yang diisi ilmu disukai Nabi Muhammad.

Rep: Mabruroh/ Red: Muhammad Hafil
Nabi Muhammad (ilustrasi)
Foto: Republika
Nabi Muhammad (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Rumah bukan hanya tempat untuk berlindung dari panas dan hujan, tetapi rumah juga tempat kita berkumpul bersama orang-orang tersayang. Karena itulah, kita akan berusaha menciptakan agar rumah kita menjadi tempat untuk memberikan ketenangan dan ketentraman.

Sayangnya tidak semua rumah akan terasa hangat bagi penghuninya. Bisa saja mereka merasa hampa dan justru ketakutan hingga mencari kesenangan di luar rumah.

Baca Juga

Dikutip dari buku Nabi Muhammad Sehari-Hari karya Muhammad Ismail Al-Jawisy, menyebutkan, bahwa Rasulullah SAW menyukai rumah yang berhiaskan kemuliaan akhlak dan keluhuran budi, karena itu beliau gemar menanamkan hal tersebut dalam diri para istri-istrinya, lewat berbagai nasehat dan teladan beliau, sehingga tumbuh kemuliaan akhlak dan keluhuran budi.

Di antara contoh ajarannya, bahwa setiap kali ada seorang perempuan datang meminta petunjuk kepada Rasulullah SAW, lalu ketika 'Aisyah keluar dan melihat, ia akan berkomentar, "Alangkah pendeknya badan perempuan itu." Kemudian Rasulullah SAW buru-buru memotongnya, "Hati-hati dengan ghibah." 'Aisyah menjawab, "Wahai Rasulullah, bukankah aku berkata sesuai dengan apa yang ada padanya?" Beliau menjawab, "Betul, dan jika hal itu tidak ada padanya maka kamu telah memfitnahnya."

Pada kesempatan lain, 'Aisyah pernah menyebut Shafiyah dengan sebutan pendek (badannya), namun Rasulullah SAW berkata kepadanya, "Ucapanmu itu bila dipertemukan dengan asinnya air laut, maka akan bercampur."

Pada suatu kali 'Aisyah mengeluh kepada Rasulullah perihal demam yang sedang dideritanya, maka beliau berkata, "Inginkah kamu aku ajarkan beberapa kalimat yang jika kamu mengucapkannya, Allah akan menghilangkan demam itu dari tubuhmu?" 'Aisyah menjawab, "Tentu, Wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Janganlah kamu mencaci-maki kekurangan yang ada pada diri orang lain sebab Tuhan sudah menetapkan hal itu atasnya. Dan berdoalah, ya Allah, kasihanilah kulitku yang tipis dan tulangku yg rapuh dari sengatan api yang membakar,” kemudian Aisyah mengikuti saran Rasulullah dan selang beberapa lama, demam itu hilang dari tubuhnya.

Demikianlah bagaimana Rasulullah SAW berusaha menciptakan "iklim" rumah-tangga yang penuh dengan nuansa keilmuan dan akhlak mulia, setiap kali ada kesempatan beliau akan mengajari mereka (para istrinya) nilai-nilai Islami sehingga mereka layak menyandang predikat ummul mukminin dan menjadi contoh ideal kaum perempuan dan para ibu sekalian. Begitulah Rasul berharap para istrinya tersebut mampu menjadi pelopor perubahan nilai-nilai dalam masyarakat Islam yang baru terbentuk, menanamkan nilai-nilai ketuhanan, serta prinsip-prinsip yang unggul dalam diri para ibu kaum muslimin yang nantinya akan ditanamkan pula dalam diri anak-anak mereka.

Rasulullah telah mendidik para istrinya, dan mereka pun telah memperoleh manfaat banyak dari teladan sehari-hari dan wasiat Rasulullah SAW, khususnya 'Aisyah ra yang telah mendapat pendidikan secara "istimewa" dari beliau. Sehingga 'Aisyah meriwayatkan (sunnah Nabi) lebih banyak dari apa yang diriwayatkan isteri-isteri yang lain, termasuk para sahabat sendiri.

Aisyah bukan hanya seorang istri yang cerdas, ia juga memiliki ingatan yang kuat. Rasulullah bersabda, "Ambillah oleh kalian setengah dari ajaran agama dari Al-Humairà ini (Aisyah)."

Dalam riwayat lain dijelaskan bahwa seperempat hukum-hukum syara' bersumber dari 'Aisyah. Sebagaimana 'Atha Bin Rabbâh pernah berkata, "Aisyah adalah orang yang paling faqih di antara para sahabat, paling mengerti, dan paling baik pemahamannya."

'Urwah Bin Zubair berkata, "Aku tidak pernah mengenal orang yang lebih tahu perihal (ilmu) fiqih, kedokteran dan syair daripada isteri Rasul Aisyah.”

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement