REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Upaya-upaya aktif untuk mengatasi perubahan iklim harus terus dilakukan secara masif termasuk oleh pemuka agama. Pasalnya, berdasarkan survei nasional yang dilakukan Purpose pada 2021, ditemukan bahwa pemuka agama merupakan pembawa pesan paling efektif di isu perubahan iklim dan lingkungan, di samping pemerintah lokal serta saintis.
“Peran pemuka agama itu jarang dilirik, kebanyakan (kampanye soal iklim) pakai sains dan data,” kata Aldy Permana, Strategic Communications Associate Purpose, saat diwawancarai Republika, Rabu (4/10/2023).
Sebagai tindak lanjut dari survei tersebut, Purpose kemudian mengeksplor apa yang sudah dilakukan oleh para pemuka agama khusus Islam dalam hal perubahan iklim. Dengan harapan, pemuka agama Islam bisa memiliki kontribusi untuk digaungkan secara global.
“Karena, agama lain seperti agama katolik sudah memiliki gerakannya sendiri yaitu Laudato Si, dari Paus. Tapi umat islam masih agak belum terdengar, jadi saat itu kami ingin sedikit membuktikan bahwa orang indonesia itu punya inisiatif iklim yang baik,” kata dia.
Pada perjalanannya, Purpose bertemu dengan Majelis Lingkungan Hidup (MLH) Muhammadiyah dan Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim NU. Ternyata, kata Aldy, organisasi tersebut sudah melakukan aksi-aksi iklim khususnya mitigasi sejak tahun 1990-an. Namun dalam hal kampanye, kedua organisasi tersebut masih belum optimal.
Karena itulah, akhirnya Purpose menggandeng MLH, LPBI, Republika dan DPP (Departemen Politik dan Pemerintahan UGM untuk membentuk Muslim for Share Actions on Climate Impact (Mosaic). Lalu pada Juli 2022, Mosaic menyelenggarakan Kongres Umat Islam untuk Indonesia Lestari dan menghasilkan tujuh risalah untuk menyikapi perubahan iklim.
“Harapan kita 7 risalah itu bisa menjadi basis untuk seluruh organisasi Islam di Indonesia untuk melakukan upaya-upaya memperbaiki lingkungan. Karena pas di Kongres pun dihadiri oleh lembaga-lembaga islam lainnya, bahkan pemerintah,” jelas Aldy.
Adapun 7 poin risalah dari Kongres Umat Islam untuk Indonesia Lestari antara lain:
1. Perubahan iklim global telah lama berlangsung. Krisi yang ditimbulkan pun nyata terjadi. Tetapi hal itu masih belum dipahami dan disikapi dengan optimal oleh umat Islam. Oleh karena itu, diperlukan komunikasi strategis dan sejalan dengan pemahaman dan kepentingan umat melalui berbagai kajian keislaman.
2. Pemuka agama Islam dan tokoh Muslim harus mengambil peran terdepan dalam upaya pendalaman substansi kajian keislaman, komunikasi, dan edukasi kepada umat. Tujuannya adalah untuk komunikasi dan edukasi kepada umat. Tujuannya adalah untuk menegaskan irisan antara krisis iklim dengan iman dan keagamaan secara konsisten.
3. Perubahan iklim telah berdampak terhadap seluruh sektor kehidupan masyarakat, sehingga memerlukan solusi berdasarkan nilai-nilai Islam, berakar pada kearifan lokal dan dilakukan secara sistematis, sesuai dengan kebutuhan dan konteks lokal.
4. Diperlukan kolaborasi yang kuat antar umat islam untuk melakukan kebijakan nyata yang bertujuan mengatasi perubahan iklim, melalui kemitraan bersama pemerintah dan sektor lain.
5. Kelompok rentan seperti anak muda dan perempuan harus didorong untuk memainkan peran kepemimpinan dalam mengelola dan mengorganisasi solusi perubahan iklim.
6. Dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, harus dilakukan pendayagunaan pembiayaan syariah dan dana sosial keagamaan lainnya.
7. Institusi keagamaan Islam, mulai dari masjid hingga lembaga pendidikan islam (termasuk pondok pesantren), harus mengembangkan wawasan dan perilaku ramah lingkungan dan menyediakan ruang-ruang strategis untuk mengembangkan kajian, inisiatif, implementasi, dan inovasi bagi umat Islam agar terlibat aktif dalam aksi perubahan iklim.