Jumat 06 Oct 2023 06:22 WIB

Ini Peluang dan Tantangan Erick Thohir Pimpin MES Lima Tahun ke Depan

Hal itu bisa diwujudkan dengan menyuntikkan modal pada bank syariah BUMN.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ahmad Fikri Noor
Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Erick Thohir.
Foto: Republika/Dian Fath Risalah
Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Erick Thohir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir kembali terpilih menjadi Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES)  dalam Musyawarah Nasional ke-VI MES yang diselenggarakan di Gedung Plaza Mandiri Jakarta, Ahad (1/1/2023).  Penetapan Erick Thohir sebagai Ketua Umum MES melalui keputusan rapat sembilan anggota tim formatur yang dipimpin langsung oleh Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin selaku Ketua Dewan Pembina PP MES.

Pengamat ekonomi syariah Universitas Indonesia Yusuf Wibisono memberikan catatan terkait peluang dan tantangan yang harus dihadapi oleh Erick sampai lima tahun ke depan. Saat ini, ekonomi syariah dan industri halal di Indonesia sangat potensial, karena Indonesia memiliki lebih dari 230 juta penduduk Muslim dengan pasar kelas menengah yang terus bertumbuh.

Baca Juga

"Dengan jumlah populasi kelas menengah Muslim yang besar dan terus bertumbuh, baik karena pertambahan penduduk alamiah maupun karena penduduk Muslim yang naik kelas ke kelas pendapatan lebih tinggi, produk halal diproyeksikan akan terus tumbuh ke depan seiring pemulihan ekonomi nasional," ujarnya kepada Republika, Senin (2/10/2023).

Sementara untuk tantangannya,  Indonesia terkenal sebagai negara dengan belanja produk halal besar namun dengan pemain lokal yang rendah. Potensi pasar halal domestik yang besar ini masih lebih banyak digarap pemain luar. Jika Indonesia bisa meningkatkan jumlah pemain halal lokal ini semakin banyak dan semakin kuat, tidak hanya pasar domestik, Indonesia juga berpeluang menggarap pasar halal global dari 1,8 miliar Muslim dunia. 

"Masalah terbesar kita adalah lamban dalam mengembangkan industri halal ini, kurang agresif, padahal kita memiliki potensi yang besar untuk menjadi pemain dunia," ujarnya.

Dia mencontohkan, di industri modest fashion, produk busana Muslim Indonesia diakui sangat berkualitas dan kreatif dengan talenta desainer yang berbakat. Hal ini pun sangat kompetitif untuk bersaing di kancah global.

"Namun, eksportir busana Muslim terbesar di dunia saat ini direbut oleh China yang notabene negara nonmuslim dan belum lama mengembangkan industri halal," ujarnya.

Ia juga mendorong pemerintah untuk memperkuat sektor perbankan syariah. Menurutnya, apabila Indonesia berambisi menjadi pusat industri keuangan syariah dunia, maka marketshare perbankan syariah perlu didorong untuk naik lebih dari 7 persen seperti saat ini.

Menurutnya, hal itu bisa diwujudkan dengan menyuntikkan modal pada bank syariah BUMN.

Oleh karenanya, dalam upaya mendorong Indonesia sebagai pusat industri halal dunia dan sekaligus meningkatkan jumlah pemain lokal, ia meminta MES untuk turut serta mendorong dan menciptakan ekosistem ekonomi syariah dan industri halal yang komprehensif, mulai dari sertifikasi halal, pasokan SDM industri halal, dukungan pembiayaan syariah untuk industri halal, kawasan industri halal, termasuk pusat riset halal, hingga dukungan edukasi dan promosi halal ke publik yang masif.  Karena, negara lain yang bahkan negara nonmuslim gencar membangun ekosistem industri halal.

"Thailand secara agresif mengejar visi sebagai pusat industri makanan halal dunia. Korea Selatan serius mengembangkan diri sebagai pusat wisata halal dunia. Indonesia harus bergerak cepat jika tidak ingin menjadi penonton di industri halal global ini," ungkapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement