REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pengasuh pesantren Tunas Ilmu Purbalingga sekaligus dosen Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyyah Imam Syafi'i Jember, Ustaz Abdullah Zaen Lc.,MA mengatakan, sebagaimana ibadah-ibadah lainnya, supaya dikabulkan, doa harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan agama. Berupa ikhlas lillahi ta’ala dan meneladan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Jika itu tidak terpenuhi, doa akan terhalang untuk dikabulkan Allah ta’ala.
"Para ulama kita menjelaskan bahwa penghalang terkabulnya doa itu, secara garis besar kembali kepada dua faktor. Pertama: faktor dalam diri orang yang berdoa. Kedua: faktor dalam doanya itu sendiri. Misal faktor penghalang dalam doa, bilamana redaksi doa tersebut memuat permohonan yang dilarang agama. Contohnya: berdoa agar bisa diberi harta untuk berjudi. Adapun contoh faktor penghalang dalam diri orang yang berdoa: orang tersebut biasa mengonsumsi hal-hal yang haram atau tidak yakin dalam berdoa," kata Ustadz Abdullah melalui pesan Telegram.
Ustadz Abdullah menjelaskan, berikut di antara perincian contoh penghalang doa, Pertama: Tidak yakin dan tidak konsentrasi dalam berdoa. Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam menjelaskan,
ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ
“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan kalian yakin akan dikabulkan. Ketahuilah bahwa sungguh Allah biasanya tidak mengabulkan doa yang keluar dari hati yang tidak konsentrasi dan lalai”. ( HR. Tirmidzy dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu)
Kedua, makanan, minuman, dan pakaian yang haram. Dalam sebuah hadits sahih diterangkan,
” أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ، فَقَالَ: {يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا، إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ} [المؤمنون: 51] وَقَالَ: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ} [البقرة: 172] ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ، يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ، يَا رَبِّ، يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ؟ “
“Wahai para manusia, sesungguhnya Allah Maha baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Dan sungguh Allah telah memerintahkan kaum mukminin seperti perintah-Nya kepada para rasul. Dia berfirman, “Wahai para rasul makanlah yang baik-baik dan beramal salihlah. Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kalian kerjakan”. QS. Al-Mu’minun ayat 51. Dia juga berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah yang baik-baik dari apa yang Kami karuniakan kepada kalian." QS. Al-Baqarah ayat 172.
Kemudian Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam menceritakan seseorang yang telah lama bepergian, kusut masai, ia menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berkata, “Wahai Rabbi, wahai Rabbi”. Namun makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan diberi makan yang haram. Bagaimana mungkin dikabulkan doanya?”. HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu.