REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Luas hutan Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan, padahal Indonesia menjadi harapan bagi kelangsungan hidup manusia di dunia.
Demi menjaga eksistensi hutan Indonesia, masyarakat internasional melabeli tanah nusantara ini sebagai paru-paru dunia. Dalam upaya mendukung pelestarian hutan Indonesia, PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI) terus melakukan upaya penanaman bibit pohon.
"Hari ini kita tanam 500 bibit pohon, di antaranya jenis gempol, sasalaman dan Tangtalang. Sebelumnya di Balikpapan kita juga tanam 200 pohon bibit mangrove. Ini akan terus kita galakkan," ujar Manager Humas PPLI, Arum Tri Pusposari, di kawasan Rawa Danau, pada sabtu (14/10)/2023).
Untuk program kali ini PPLI mengandeng NGO yang bergerak di isu Lingkungan Indonesia CARE dan Aliansi Jurnalis Peduli Lingkungan Indonesia (AJPLI).
Dalam kesempatan tersebut, Direktur Eksekutif Indonesia CARE Lukman Azis Kurniawan mengungkapkan setiap orang membutuhkan oksigen setiap hari selama hidup. "Satu orang membutuhkan asupan oksigen yang diproduksi oleh minimal 5 pohon dengan diameter 12 cm. Jadi, kalau Jakarta misalnya penduduknya 13 juta, sedangkan jumlah pohon di jakarta hanya 4,7 juta. Maka Jakarta defisit Pohon hingga 60 juta pohon. Wajar jika udara di Jakarta terasa sesak," katanya.
Karena itu, ia berharap apa yang dilakukan PPLI bisa terus berlanjut dan diikuti oleh perusahaan-perusahaan lainnya. "Harapan kami semua perusahaan di Indonesia berperan aktif dalam penyelamatan hutan karbon. Kampanye ini akan digalakkan oleh Indonesia CARE," ujar Lukman.
Dalam kegiatan penanaman tersebut, dilokasi yang sama PPLi bersama Indonesia Care dan AJPLI juga menggelar Ngobrol peduli Lingkungan atau disingkat Ngopling. "Ngopling hari ini bertema Selamatkan Hutan Demi Masa depan Generasi Mendatang. Tujuannya untuk mengajak semua stakeholder menyelamatkan hutan yang penting bagi kehidupan manusia," ujar Ketua AJPLI, Fazri Rizkya yang juga jurnalis radio Trijaya FM.
Acara dihadiri Kabid Pengelolaan Sampah, Limbah B3, dan Pengendalian Pencemaran DLHK Provinsi Banten Ruli Riatno, Kabid PDAS DLHK Provinsi Banten Adib Sholihin, serta Kepala Resort Konservasi Wilayah I Cagar Alam Rawa Danau & Gunung Tukung Gede, Balai Besar KSDA Jawa Barat, Agris Sapta.
Dalam diskusi tersebut Ruli Riatno mengatakan, adanya perubahan iklim sangat berkontribusi terhadap ekosistem serta kualitas udara yang tentunya berdampak terhadap masyarakat.
"Apalagi, kita ketahui bersama Kota Serang banyak didirikan industri skala menengah hingga besar, jika dalam pengelolaan alam dan lingkungan tidak bersinergi akan berdampak terhadap kualitas pencemaran," kata Ruli.
Ruli mengapresiasi kegiatan Menanam 500 Pohon di kawasan Rawa Danau yang diprakarsai PT PPLI bersama Aliansi Jurnalis Peduli Lingkungan dan Indonesia CARE.
Sementara, Kepala Resort Konservasi Wilayah I Cagar Alam Rawa Danau M.Agris mengatakan, sebagai cagar alam, Rawa Danau jadi pemasok air baku untuk Cilegon dan kawasan industri.
Ketersediaan air baku di rawa purba yang ada di sebelah barat Banten ini bergantung hutan penyangga di sekitarnya, salah satunya melalui mekanisme jasa lingkungan yang juga menjaga kelestarian alam sekitar cagar alam.
"Kalau daerah wilayah hulunya baik atau menyimpan air berarti ketersediaan di Rawa Danau ada. nah kalau rusak, airnya tidak ada mengalir ke Rawa Danau,"
"Kenapa Rawa Danau ditetapkan sebagai cagar alam? Karena keunikan dan kekhasannya sebagai kawasan hutan konservasi yang memiliki ekosistem rawa pegunungan satu-satunya di Pulau Jawa," kata M. Agris menambahkan.
Narasumber dari PPLI, Muhammad Yusuf Firdaus, menegaskan komitmen PpLi dalam menjaga kelestarian alam. Core bussiness PPLI adalah limbah. Ini erat kaitannya dengan lingkungan. "Kami terus berupaya maksimal bersama pemerintah dan komponen stakeholder lainnya untuk turut melestarikan lingkungan dari pencemaran akibat limbah dan sampah," ujarnya. Teknologi PPLI dalam pengolahan limbah juga telah menerapkan standarisasi tinggi agar tidak merusak lingkungan.