Ahad 30 Jun 2024 17:18 WIB

Kebakaran Hutan di Kanada 2023 Mengeluarkan Lebih Banyak Karbon

Perubahan iklim berperan dalam kebakaran besar di Kanada.

Rep: Lintar Satria/ Red: Muhammad Hafil
Foto udara menunjukkan kebakaran hutan di dekat Downton Lake, bagian selatan British Columbia, Kanada, pada 26 Juli 2023.
Foto: (ANTARA/Xinhua/HO-BC Wildfire)
Foto udara menunjukkan kebakaran hutan di dekat Downton Lake, bagian selatan British Columbia, Kanada, pada 26 Juli 2023.

REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Penelitian terbaru menemukan kebakaran hutan di Kanada tahun lalu menghasilkan lebih banyak karbon dioksida yang memerangkap panas ke udara dibandingkan pembakaran bahan bakar fosil yang dihasilkan India. Kebakaran itu menghanguskan hutan seluas 77,574 kilometer persegi.

Para ilmuwan di World Resources Institute (WRI) dan University of Maryland menghitung dampak kebakaran yang berlangsung berbulan-bulan pada tahun 2023 itu pada udara di dunia. Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan di Global Change Biology pada Kamis (27/6/2024) lalu kebakaran itu menghasilkan sekitar 2,98 miliar metrik ton karbon dioksida pemerangkap panas ke udara.

Baca Juga

Para penulis penelitian itu emisi karbon yang ditimbulkan kebakaran itu empat kali lebih banyak dibandingkan emisi industri penerbangan dalam satu tahun. Berdasarkan data Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (AS) jumlahnya sama dengan karbon dioksida yang dihasilkan 647 juta mobil dalam satu tahun.

"(Hutan) banyak menangkap karbon dari atmosfer yang disimpan di ranting-ranting pohon, cabang-cabang pohon, daur dan juga akar pohon. Ketika itu semua terbakar semua karbon yang disimpan dikembalikan ke atmosfer," kata ketua penulis penelitian ini, peneliti Global Forest Watch WRI James MacCarthy, Ahad (30/6/2024).

MacCarthy menambahkan ketika pohon-pohon itu tumbuh kembali karbon dioksida yang dilepaskan saat kebakaran terjadi akan kembali ditangkap hutan. "Jelas ini berdampak pada emisi skala global yang kita hasilkan pada tahun 2023," katanya.

MacCarthy dan rekan-rekannya menghitung total luas hutan yang terbakar pada tahun 2023 adalah 77,574 kilometer persegi. Enam kali lipat dibandingkan rata-rata kebakaran hutan di Kanada dari tahun 2001 sampai 2022. Angka yang disajikan MacCarthy menunjukkan kebakaran hutan di Kanada tahun lalu menyumbang 27 persen dari hilangnya tutupan pohon di seluruh dunia, biasanya hanya sekitar 6 persen.

Profesor geografi University of Maryland dan salah satu penulis penelitian tersebut  Alexandra Tyukavina mengatakan kebakaran hutan Kanada tahun lalu lebih besar dari biasanya. Namun para peneliti fokus pada hilangnya tutupan pohon yang memiliki dampak lebih besar.

"Hilangnya hutan sebanyak itu adalah masalah yang sangat besar, dan sangat mengkhawatirkan," kata profesor geografi dan lingkungan dari Syracuse University, Jacob Bendix, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

"Meskipun pada akhirnya hutan akan tumbuh kembali dan menyerap karbon, prosesnya minimal akan memakan waktu puluhan tahun, sehingga ada jeda waktu yang cukup lama antara penambahan karbon di atmosfer akibat kebakaran hutan dengan penyerapan karbon oleh hutan yang tumbuh kembali," katanya.  

"Jadi, selama beberapa dekade tersebut, dampak kebakaran hutan itu kontribusi terhadap pemanasan iklim," tambahnya.

Tyukavina mengatakan kebakaran hutan ini tidak hanya menambah gas yang memerangkap panas dan hilangnya tutupan pohon. Tapi juga menimbulkan konsekuensi kesehatan.

"Karena kebakaran dahsyat ini, kualitas udara di daerah-daerah berpenduduk dan kota-kota terpengaruh tahun lalu," katanya.

Ia merujuk musim panas di New York City yang diselimuti kabut asap. Penelitian lain yang belum dipublikasikan dan ditinjau mengungkapkan lebih dari 200 komunitas dengan sekitar 232.000 penduduk harus dievakuasi.

Pakar kebakaran dari Thompson Rivers University di Kamloops, British Columbia, Mike Flannigan mengatakan luas lahan yang terbakar mencapai dua kali lipat dari apa yang diteliti MacCarthy dan Tyukavina.

"Musim kebakaran tahun 2023 di Kanada merupakan tahun yang luar biasa dalam kurun waktu yang lama," kata Flannigan, yang tidak terlibat dalam penelitian WRI.

"Saya memperkirakan akan ada lebih banyak kebakaran di masa depan, namun tahun-tahun seperti 2023 akan jarang terjadi," tambahnya.

Flannigan, Bendix, Tyukavina dan MacCarthy mengatakan perubahan iklim berperan dalam kebakaran besar di Kanada. Flanigan mengatakan bumi yang lebih hangat berarti lebih banyak musim kebakaran, lebih banyak kebakaran yang disebabkan petir, dan terutama kayu dan semak-semak yang lebih kering yang mudah terbakar "terkait dengan peningkatan suhu,"

Suhu rata-rata bulan Mei hingga Oktober di Kanada tahun lalu hampir 2,2 derajat Celcius lebih hangat dari biasanya. McCarthy mengatakan suhu udara di beberapa daerah di Kanada mencapai 8 hingga 10 derajat Celcius lebih panas daripada rata-rata pada bulan Mei dan Juni.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement