REPUBLIKA.CO.ID,CHICAGO -- Seorang anak berusia enam tahun yang menjadi korban Islamophobia atau sikap rasis kebencian terhadap Islam di Chicago, Illinois pada Sabtu (14/10/2023) lalu, akhirnya Dimakamkan pada Senin (16/10/2023) waktu setempat. Korban Wadea Al-Fayoume yang meninggal akibat luka tikam oleh seorang pria berusia 71 tahun, diserang di dalam rumah kediamannya.
Pelaku mengaku mengincar korban dan ibunya, hanya karena keduanya keturunan Palestina dan seorang muslim. Polisi menduga hal ini karena pelaku terdorong melakukan kejahatan itu terkait perang Hamas-Israel, dimana pelaku berada mendukung Israel.
Saat proses pemakaman, para pelayat dari komunitas Muslim AS di Chicago berkumpul untuk menghormati Wadea Al-Fayoume. Pemakaman berlangsung pada hari Senin di Yayasan Masjid di Bridgeview, Illinois, sebuah komunitas di barat daya Chicago dengan populasi Palestina yang besar.
Sementara ibu Wadea, yang juga menjadi korban penikaman, berhasil diselamatkan dan sedang dalam perawatan intensif. Tersangka penyerang, Joseph Czuba, 71 tahun, telah didakwa melakukan pembunuhan tingkat pertama dan kejahatan kebencian.
"Ini adalah hari yang berat. Ini adalah mimpi terburuk yang menjadi kenyataan. Ini adalah sesuatu yang telah kami coba peringatkan," ujar Ahmed Rehab, direktur eksekutif Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) di Chicago, pada hari Senin.
"Sangat menyakitkan bagi saya seorang anak menjadi korban, hanya untuk alasan seperti ini adalah seorang anak laki-laki berusia enam tahun yang tampan," ujarnya.
Hanaan Shahin, ibu bocah tersebut, yang juga korban penyerangan, mengatakan bahwa mereka harus "berdoa untuk perdamaian" untuk saat ini, karena Israel dan Palestina terlibat dalam pertempuran paling mengerikan dalam beberapa dekade terakhir. Dan berakibat bagi banyak kelompok imigran di luar wilayah Palestina.
Pelaku, Czuba berusaha menyerangnya sebelum menikam anaknya dengan pisau. Shahin selamat ketika dia mencoba melarikan diri dengan berlari ke kamar mandi. Namun Czuba mendapati anaknya, Wadea dan menikamnya sebanyak 26 kali, yang menewaskan putra tersebut.
Sementara Shahin, 32, menderita banyak luka tusuk, namun diperkirakan akan selamat. "Kami bukan binatang, kami adalah manusia," kata paman bocah itu, Yousef Hannon. "Kami ingin orang-orang melihat kami sebagai manusia, merasakan kami sebagai manusia, berurusan dengan kami sebagai manusia."
"Dia adalah anak yang menyenangkan. Mencintai keluarganya, teman-temannya. Dia mencintai sepak bola, bola basket," kata Rehab pimpinan CAIR kepada para wartawan pada hari Ahad (15/10/2023). "Dia membayar harga yang harus dibayar atas atmosfer kebencian."
Jaksa Agung AS Merrick Garland mengatakan Departemen Kehakiman akan membuka penyelidikan kejahatan kebencian federal atas serangan tersebut. "Insiden ini tidak bisa tidak akan meningkatkan ketakutan komunitas Muslim, Arab, dan Palestina di negara kita terhadap kekerasan yang dipicu oleh kebencian," kata pernyataan itu.
Sekelompok peserta meneriakkan, "Bebaskan Palestina".
Kelompok-kelompok Muslim telah berusaha meningkatkan kewaspadaan selama dua minggu terakhir ketika perang antara Israel dan kelompok bersenjata Palestina, Hamas, meningkat. Konflik kedua pihak ini telah membawa efek limpahan retorika yang merendahkan martabat manusia di media sosial.
Sebagian pihak di media sosial di antaranya menggambarkan warga Palestina sebagai orang-orang yang kejam dan tidak beradab. Sementara di lapangan kekerasan dan sikap Islamophobia terhadap imigran Palestina justru terjadi.
Kelompok-kelompok Yahudi juga telah menyatakan keprihatinannya bahwa kemarahan terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di Timur Tengah dapat mengakibatkan mereka menjadi sasaran di dalam negeri.