REPUBLIKA.CO.ID, JAKARA- Banyak manusia yang mendapatkan siksa kubur lantaran tidak sempurna saat beristinja. Sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW:
أَكْثَرُ عَذَابِ الْقَبْرِ فِي الْبَوْلِ “Mayoritas adzab kubur disebabkan masalah kencing.” (HR Ahmad 8331, Daruquthni 475 dan yang lainnya).
Islam mengajarkan kehati-hatian ketika beristinja setelah buang air kecil maupun buang air besar. Jangan sampai ada najis terutama di area kubul atau pun dubur yang tidak tersucikan.
Atau bahkan jangan sampai ketika istinja telah selesai ternyata masih ada sisa urine yang keluar. Tentu hal tersebut mengharuskan untuk beristinja ulang.
Sebab jika masih terdapat najis dan tidak dibersihkan hingga suci kembali area tubuh yang kena najis itu maka bila orang tersebut melaksanakan sholat, maka sholatnya tidak sah sebab masih ada najis yang menempel di badannya.
Untuk memastikan agar tidak ada lagi kotoran atau misalnya urine yang keluar dari kubul maka Rasulullah SAW telah memberikan tuntunannya.
Yakni agar setelah mengeluarkan urine dari kubul terlebih dulu mengurut-urut kemaluannya agar seluruh urine benar-benar tidak ada yang tersisa di dalam atau semuanya benar-benar keluar. Maka hal ini pun termasuk pada sunah yang diajarkan Rasulullah SAW.
Keterangan ini dapat ditemukan dalam kitab at-Targib wa at-Tarhib atau juga pada Kasyf al-Ghummah.
Baca juga: Daftar Produk-Produk Israel yang Diserukan untuk Diboikot, Cek Listnya Berikut Ini
اِذَابَالَ اَحَدُكُمْ فَلْيَنْتُرْذَكَرَهُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ “Rasulullah ﷺ bersabda: apabila kencing salah seorang dari kalian semua, maka hendaklah mengurut/menyentil zakarnya sebanyak tiga kali.”
Selain itu dianjurkan ketika buang air kecil dengan posisi duduk jongkok. Dari Suraqah bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan:
أن النبي صلى الله عليه وسلم أمرنا أن نتكئ على اليسري وأن ننصب اليمني “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk jongkok, dengan duduk di atas tumit kaki kiri dan menegakkan kaki kanan.”