REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua peristiwa penting dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW memiliki makna khusus sehubungan dengan ibadah sholat dalam Islam, yaitu Isra' Mi'raj dan perubahan kiblat dari Yerusalem ke Makkah.
Ada kesepakatan umum di kalangan cendekiawan Muslim bahwa Mi'raj-nya Nabi terjadi pada 27 Rajab, sekitar setahun sebelum hijrahnya Nabi dari Makkah ke Madinah. Sedangkan pergantian kiblat terjadi pada pertengahan bulan Sya’ban, sekitar 16 bulan setelah hijrah.
Dalam artikelnya yang dimuat di About Islam, Prof Shahul Hameed menjelaskan umat Muslim percaya bahwa pada masa Mi'raj Nabi, Allah mensyariatkan sholat wajib lima waktu bagi orang-orang yang beriman. Dan di tengah-tengah sholat berjamaah di Madinah, datanglah perintah Allah kepada Nabi tentang perubahan kiblat.
Dalam Alquran, Allah SWT berfirman:
۞ سَيَقُوْلُ السُّفَهَاۤءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلّٰىهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِيْ كَانُوْا عَلَيْهَا ۗ قُلْ لِّلّٰهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُۗ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
Artinya: "Orang-orang yang kurang akal di antara manusia akan berkata, “Apakah yang memalingkan mereka (kaum muslim) dari kiblat yang dahulu mereka (berkiblat) kepadanya?” Katakanlah (Nabi Muhammad), “Milik Allahlah timur dan barat. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus (berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk).” (QS Al-Baqarah [2]:142).
Yang dimaksud dengan “orang-orang yang kurang akal” dalam konteks ini adalah mereka yang mengkritik pergantian kiblat, tanpa memahaminya. Namun, sebelum membahas pengertian pergantian kiblat, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu pentingnya apa yang disebut kiblat bagi umat Islam.
Bagi umat Islam, sholat tidak dapat dilakukan dengan benar tanpa mengetahui kiblat. Kiblat berarti orientasi, atau arah yang benar.
Setiap akan sholat...