REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari-hari terakhir kekasih Allah, Nabi Muhammad SAW, merupakan hari yang mengharukan bagi umat Islam. Betapa tidak? Sang manusia sempurna hendak berpulang ke pangkuan kekasihnya setelah tugasnya paripurna di muka bumi.
Kala itu sudah 13 hari atau tepatnya kurang dari sehari atau dua hari, Rasulullah SAW diuji dengan penyakit dalam rangka lebih meninggikan derajat beliau. Memang, para Nabi pun diuji dengan aneka ujian. Jelang wafatnya Nabi Muhammad terdapat tanda-tanda ruh Nabi Muhammad meninggalkan jasadnya.
Prof Quraish Shihab dalam buku Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW menjelaskan, di hari ke-14 sakit, tanda-tanda bahwa ruh Nabi Muhammad sudah akan meninggalkan jasad beliau terlihat semakin jelas. Usamah putra Zaid bin Harits, yakni putra bekas anak angkat beliau, pun menjenguk Nabi.
Namun demikian, tiada kata yang Nabi ucapkan. Hanya tangan beliau yang diangkat mengarah ke langit, lalu beliau usapkan tangannya itu ke Usamah untuk menginsyaratkan bahwa beliau berdoa untuknya. Demikian yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
Kemudian, Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Sayyidah Aisyah mengangkat kepala Rasulullah SAW dan menyandarkannya antara dada dan leher Sayyidah Aisyah. Ketika saudara kandung Sayyidah Aisyah, Abdurrahman bin Abu Bakar, masuk ke kamar dan di tangannya ada siwak (sikat gigi Rasulullah), maka Rasulullah memandang kepada siwak itu.
Sayyidah Aisyah kemudian bertanya kepada Nabi apakah hendak menggunakan siwak itu, kemudian Nabi pun mengangguk. Maka, Aisyah mengambil siwak itu dari saudaranya dan mengunyahnya agar lebih lembut, lalu diberikannya kepada Nabi. Maka, beliau bersiwak menyikat gigi beliau dengan cara yang amat indah.
Nabi kemudian mengucapkan, “Fii rafiqil-a’la." Yang artinya, “Menuju ke teman yang tertinggi." Ketika itu, masih menurut riwayat Imam Bukhari, di samping Nabi SAW terdapat wadah berisi air yang terbuat dari kulit yang biasa digunakan untuk minum.
Nabi pun memasukkan...