Senin 23 Oct 2023 13:08 WIB

Menurut Studi, Kualitas Tidur Bisa Pengaruhi Hubungan dengan Pasangan

Kurang tidur dapat meningkatkan perasaan marah yang berdampak negatif pada hubungan.

Rep: Shelbi Asrianti / Red: Friska Yolandha
Studi psikologi terkini mengungkap konsekuensi dari kualitas tidur yang buruk terhadap hubungan romansa seseorang.
Foto: curesforsleepapnea.info
Studi psikologi terkini mengungkap konsekuensi dari kualitas tidur yang buruk terhadap hubungan romansa seseorang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi psikologi terkini mengungkap konsekuensi dari kualitas tidur yang buruk terhadap hubungan romansa seseorang. Penelitian yang diterbitkan di Journal of Social and Personal Relationships itu menjelaskan hubungan menarik antara dua hal tersebut.

Dikutip dari laman PsyPost, Ahad (22/10/2023), riset itu menunjukkan bahwa kurang tidur dapat meningkatkan perasaan marah. Pada akhirnya, suasana hati yang buruk akibat kurang tidur berdampak negatif pada persepsi seseorang terhadap hubungan romantis.

Baca Juga

Pasangan di seluruh dunia sering kali mengalami saat-saat sulit tidur, baik karena stres, memiliki bayi atau anak yang masih kecil, serta beberapa faktor lainnya. Para peneliti ingin mengetahui apakah ada kaitan antara kurang tidur dan hubungan romantis pasangan.

Mereka juga hendak mengeksplorasi peran emosi dalam dinamika sebuah hubungan. "Ikatan romantis penting untuk kesehatan mental dan fisik," kata salah satu penulis studi, Erica B Slotter, seorang profesor di Departemen Ilmu Psikologi dan Otak di Universitas Villanova di Pennsylvania, Amerika Serikat.

Untuk mengetahui kaitan antara kualitas tidur, keadaan emosional seseorang, dan hubungan romansa, para peneliti melakukan serangkaian penelitian. Ada tiga studi terkait yang melibatkan beragam kelompok partisipan, termasuk mahasiswa, orang-orang yang sedang berkencan, dan pasangan yang sudah menikah.

Dalam studi awal, para peneliti berusaha menguji relasi antara kualitas tidur dan kualitas hubungan percintaan. Mereka mengumpulkan data dari sampel 209 orang dewasa nonmahasiswa yang terlibat hubungan asmara, direkrut melalui platform penelitian Prolific.

Untuk menilai kualitas tidur, peserta diminta mengisi kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) selama satu bulan, yang mencakup durasi tidur, gangguan tidur, dan disfungsi siang hari. Untuk mengukur kualitas hubungan, peserta menjawab pertanyaan yang mengukur kepuasan terhadap hubungan romansa.

Rangkaian studi kedua menguji perubahan temporal dalam kualitas tidur, kemarahan, dan persepsi kualitas hubungan dalam studi kesatu terhadap pasangan yang berkencan dan menikah. Sampelnya mencakup 134 pasangan yang direkrut dari wilayah metro Chicago.

Selanjutnya, studi ketiga berusaha untuk secara eksperimental menginduksi keadaan lemosional yang berbeda di antara 218 mahasiswa yang terlibat romansa. Peserta dihadapkan pada berbagai induksi emosional, termasuk kemarahan, kesusahan/sedih, situasi positif, dan manipulasi sebagai kondisi kontrol.

Hasilnya, kurang tidur dikaitkan dengan lebih banyak kemarahan, lebih banyak tekanan, dan lebih sedikit pengaruh positif. Kurang tidur meningkatkan kemarahan dan reaktivitas terhadap pemicu kemarahan, yang dapat berkontribusi pada rendahnya kualitas hubungan di antara individu yang kurang istirahat.  

Dengan kata lain, kurang tidur dapat memperburuk perasaan marah, dan kemarahan yang meningkat ini lebih cenderung mengarah pada persepsi negatif terhadap hubungan romantis. Singkatnya, semakin buruk kualitas tidur berpotensi membuat orang merasa hubungan mereka semakin buruk.

"Mereka merasakan berkurangnya keintiman, cinta, kepuasan, kepercayaan, gairah, dan komitmen dalam hubungan," kata Slotter. Namun, tidak serta-merta hubungan romansa buruk dipicu oleh kualitas tidur yang buruk, sebab bisa jadi juga ada faktor penyebab lainnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement