Senin 23 Oct 2023 16:42 WIB

Akhirnya, Pemimpin Barat Desak Israel Patuhi Hukum Kemanusiaan Internasional

AS, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Inggris desak Israel patuhi hukum kemanusiaan

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Para pemimpin Amerika Serikat, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, dan Inggris mendesak Israel untuk mematuhi hukum kemanusiaan internasional dan melindungi warga sipil.
Foto: EPA-EFE/MIRIAM ALSTER
Para pemimpin Amerika Serikat, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, dan Inggris mendesak Israel untuk mematuhi hukum kemanusiaan internasional dan melindungi warga sipil.

REPUBLIKA.CO.ID, REHOBOTH BEACH -- Para pemimpin Amerika Serikat, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, dan Inggris mendesak Israel untuk mematuhi hukum kemanusiaan internasional dan melindungi warga sipil. Mereka melakukan pertemuan virtual mengenai perang yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas.

Presiden AS Joe Biden mengadakan pertemuan yang disebut Quint, melibatkan AS, Prancis, Inggris, Jerman dan Italia, ditambah Kanada. Pertemuan berlangsung setelah berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Baca Juga

Seruan negara-negara ini muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa perang Israel-Hamas dapat meluas menjadi konflik Timur Tengah yang lebih luas. Israel terus menggempur Gaza dan bentrokan di perbatasan dengan Lebanon semakin meningkat.

Dalam pernyataan tersebut, Biden, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Olaf Scholz, Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, dan Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak berjanji untuk bekerja sama secara erat untuk mendukung warganya di wilayah tersebut. Mereka memberikan perhatian khusus yang ingin meninggalkan Gaza.

Mereka pun menyambut baik kedatangan konvoi pertolongan pertama di Gaza. Dia berjanji terus bekerja sama dengan mitra regional untuk memastikan akses yang berkelanjutan dan aman bagi 2,2 juta orang di Gaza terhadap makanan, air, perawatan medis, dan bantuan kemanusiaan lainnya.

Para pemimpin juga sepakat untuk melanjutkan koordinasi diplomatik yang erat, termasuk dengan mitra-mitra utama di kawasan. Tindakan ini diperlukan untuk mencegah penyebaran konflik, menjaga stabilitas di Timur Tengah,dan berupaya mencapai solusi politik dan perdamaian yang tahan lama.

Mereka menyambut baik pembebasan dua sandera oleh Hamas dan menyerukan pembebasan segera semua sandera yang tersisa. Namun di lapangan, Israel menolak tawaran Hamas dalam melepaskan sandera lain usai pembebasan warga Amerika, Judith Tai Ranaan dan putrinya Natalie.

Juru bicara sayap bersenjata Hamas Brigade al-Qassam Abu Obeida mengatakan,  kelompok itu berniat melepaskan Nourit Yitshaq dan Yokhefed Lifshitz karena alasan kemanusiaan dan tanpa mengharapkan imbalan apa pun. "Namun, pemerintah pendudukan Israel menolak menerimanya,” katanya.

Gedung Putih menyatakan, Biden dan Netanyahu  membahas upaya untuk membebaskan lebih dari 200 sandera yang disandera oleh Hamas, termasuk beberapa warga negara AS.  Mereka juga membahas kedatangan konvoi pertolongan pertama ke Gaza dan menegaskan bahwa sekarang akan ada aliran bantuan penting yang berkelanjutan.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement