Rabu 25 Oct 2023 13:52 WIB

Israel Tuduh Hamas tak Penuhi Kebutuhan Dasar Para Sandera

Hamas baru membebaskan dua orang lansia Israel yang disandera.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Yocheved Lifshitz (kiri) dan Nurit Cooper, yang disandera oleh Hamas, terlihat dalam kombinasi foto selebaran tak bertanggal ini. Komite Palang Merah Internasional mengatakan Hamas telah membebaskan keduanya.
Foto: Hostages and Missing Families Forum via AP
Yocheved Lifshitz (kiri) dan Nurit Cooper, yang disandera oleh Hamas, terlihat dalam kombinasi foto selebaran tak bertanggal ini. Komite Palang Merah Internasional mengatakan Hamas telah membebaskan keduanya.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Pemerintah Israel mengatakan akan melakukan segala upaya untuk membebaskan warganya yang disandera Hamas di Jalur Gaza. Tel Aviv menuduh Hamas tak memenuhi kebutuhan dasar para sandera. Tudingan itu berbeda dengan keterangan dua warga Israel yang baru saja dibebaskan Hamas.

“Banyak korban penculikan (Hamas) membutuhkan bantuan medis dan pengobatan serta ditahan tanpa hak-hak dasar mereka dan sepenuhnya melanggar hukum internasional sehingga membahayakan nyawa mereka,” kata Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Israel dalam sebuah pernyataan, Selasa (24/10/2023) lalu, dikutip laman Al Arabiya.

Baca Juga

Kemenlu Israel menuntut agar Komite Palang Merah Internasional (ICRC) diizinkan mengunjungi orang-orang yang disandera Hamas di Jalur Gaza. Tel Aviv meminta ICRC memberikan obat-obatan dan perawatan medis kepada mereka.

“Meskipun Hamas telah membebaskan dua warga sipil AS, mereka masih menahan ratusan korban penculikan lainnya tanpa memberikan informasi apa pun mengenai kondisi mereka,” kata Kemenlu Israel.

Israel telah mengiming-imingi penduduk Gaza imbalan uang jika mereka mau memberikan informasi tentang warga Israel dan warga asing yang saat ini sedang disandera Hamas. Iming-iming tersebut ditulis pada selebaran yang ditebar pesawat Israel ke Gaza lewat udara, Selasa lalu.

“Jika Anda menginginkan masa depan yang lebih baik bagi diri Anda dan anak-anak Anda, lakukan hal yang benar dan kirimkan kepada kami informasi yang aman dan berguna tentang orang-orang yang diculik di daerah Anda,” demikian bunyi pesan berbahasa Arab pada selebaran yang ditebar Israel ke Jalur Gaza.

“Tentara Israel berjanji akan melakukan segalanya untuk menjaga keamanan Anda dan rumah Anda, serta imbalan finansial. Kami menjamin Anda memiliki keleluasaan penuh,” tulis Israel dalam selebarannya.

Dalam selebaran tersebut, Israel mencantumkan nomor telepon beserta rincian mengenai layanan pesan Telegram, WhatsApp, dan Signal. Warga Gaza diminta mengontak otoritas Israel lewat nomor dan platform tersebut jika ingin memberikan informasi tentang orang-orang yang sedang disandera Hamas.

Militer Israel telah mengonfirmasi tentang informasi yang termaktub dalam selebaran yang disebar ke Jalur Gaza tersebut. “Sebagai bagian dari upaya ekstensif untuk membebaskan sandera Israel dan warga negara asing yang ditahan oleh organisasi teroris Hamas di Gaza, (tentara) hari ini menggunakan berbagai saluran untuk berkomunikasi dengan penduduk Gaza dan meminta informasi tentang para sandera,” ungkap militer Israel.

Sandera diperlakukan baik

Sejauh ini Hamas telah membebaskan empat sandera. Dua sandera bernama Judith (59 tahun) serta Natali Raanan (17 tahun) dibebaskan pada 20 Oktober 2023 lalu.

Mereka adalah ibu dan anak yang menyandang kewarganegaraan AS. Sehari setelah pembebasan mereka, konvoi bantuan kemanusiaan pertama memasuki Jalur Gaza.

Setelah Hamas melancarkan serangan dan operasi infiltrasi, Israel diketahui memberlakukan blokade total terhadap Jalur Gaza. Selain menyetop suplai listrik dan air, Israel tak membiarkan bantuan kemanusiaan memasuki Gaza.

Pada Senin (23/10/2023), Hamas membebaskan dua sandera lainnya, yakni Yocheved Lifshitz (85 tahun) dan Nurit Cooper (79 tahun). Hamas menyerahkan mereka kepada petugas ICRC di Jalur Gaza.

Lifshitz sempat menceritakan kisahnya penyanderaannya oleh Hamas kepada awak media. Berbeda dengan tudingan Israel, dia mengaku diperlakukan dengan baik oleh Hamas.

Lifshitz mengungkapkan, dia ditawan oleh Hamas ketika mereka melakukan operasi infiltrasi ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu. Dia dibawa ke Jalur Gaza menggunakan sepeda motor. Meski awalnya dibekap ketakutan, perasaan itu berangsur hilang dalam diri Lifshitz.

Lifshitz mengatakan, dia dan lima sandera lainnya yang berada satu ruangan dengannya diperlakukan dengan baik oleh Hamas. “Mereka memastikan bahwa kebutuhan kami terpenuhi. Bahkan mereka membersihkan toilet untuk kami. Mereka sangat ramah, dan ini harus dikatakan,” ucapnya ketika menggelar konferensi pers pada Selasa lalu.

Dia menambahkan, Hamas pun menyuguhkan makanan yang layak untuk para sandera. “Kami mendapatkan makanan seperti yang mereka makan, seperti roti pita, keju, dan timun,” ucap Lifshitz.

Menurut Lifshitz, selama ditahan, dia dan para sandera lainnya kerap berbincang santai dengan anggota Hamas yang menjaga mereka. Namun Lifshitz dan lainnya enggan membahas politik. “Jangan membicarakan tentang politik. Kemudian kami mengobrol tentang apa saja. Mereka sangat ramah,” ungkapnya.

Saat ini Hamas diperkirakan menyandera lebih dari 220 orang, terdiri dari warga Israel, warga Israel yang memiliki kewarganegaraan ganda, dan warga asing. Mereka diculik oleh Hamas ketika anggota mereka melakukan operasi infiltrasi ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement