REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Israel telah mengiming-imingi masyarakat Palestina di Jalur Gaza imbalan uang jika mereka mau memberikan informasi tentang warga Israel dan warga asing lainnya yang saat ini sedang disandera Hamas. Iming-iming tersebut ditulis pada selebaran yang ditebar pesawat Israel ke Gaza lewat udara, Selasa (24/10/2023).
“Jika Anda menginginkan masa depan yang lebih baik bagi diri Anda dan anak-anak Anda, lakukan hal yang benar dan kirimkan kepada kami informasi yang aman dan berguna tentang orang-orang yang diculik di daerah Anda,” demikian bunyi pesan berbahasa Arab pada selebaran yang ditebar Israel ke Jalur Gaza, dikutip laman Al Arabiya.
“Tentara Israel berjanji akan melakukan segalanya untuk menjaga keamanan Anda dan rumah Anda serta imbalan finansial. Kami menjamin Anda memiliki keleluasaan penuh,” tulis Israel dalam selebarannya.
Dalam selebaran tersebut, Israel mencantumkan nomor telepon beserta rincian mengenai layanan pesan Telegram, Whatsapp, dan Signal. Warga Gaza diminta mengontak otoritas Israel lewat nomor dan platform tersebut jika ingin memberikan informasi tentang orang-orang yang sedang disandera Hamas.
Militer Israel telah mengonfirmasi tentang informasi yang termaktub dalam selebaran yang disebar ke Jalur Gaza tersebut. “Sebagai bagian dari upaya ekstensif untuk membebaskan sandera Israel dan warga negara asing yang ditahan oleh organisasi teroris Hamas di Gaza, (tentara) hari ini menggunakan berbagai saluran untuk berkomunikasi dengan penduduk Gaza dan meminta informasi tentang para sandera,” kata militer Israel.
Saat ini Hamas diperkirakan menyandera lebih dari 220 orang, terdiri atas warga Israel, warga Israel yang memiliki kewarganegaraan ganda, dan warga asing. Mereka diculik oleh Hamas ketika anggota mereka melakukan operasi infiltrasi ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu.
Sejauh ini Hamas telah membebaskan empat sandera. Dua sandera bernama Judith (59 tahun) serta Natali Raanan (17 tahun) dibebaskan pada 20 Oktober 2023 lalu. Mereka adalah ibu dan anak yang menyandang kewarganegaraan Amerika Serikat (AS). Sehari setelah pembebasan mereka, konvoi bantuan kemanusiaan pertama memasuki Jalur Gaza. Setelah Hamas melancarkan serangan dan operasi infiltrasi, Israel diketahui memberlakukan blokade total terhadap Jalur Gaza. Selain menyetop suplai listrik dan air, Israel tak membiarkan bantuan kemanusiaan memasuki Gaza.
Pada Senin (23/10/2023), Hamas membebaskan dua sandera lainnya, yakni Yocheved Lifshitz (85 tahun) dan Nurit Cooper (79 tahun). Hamas menyerahkan mereka kepada petugas Komite Palang Merah Internasional di Jalur Gaza.
Saat ini Israel masih terus melancarkan serangan udara ke Jalur Gaza. Menurut Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza, hingga Selasa lalu, agresi Israel telah membunuh setidaknya 5.791 orang. Sebanyak 2.360 di antaranya adalah anak-anak. Sementara korban luka telah mencapai lebih dari 16 ribu.