Rabu 25 Oct 2023 16:40 WIB

Ribuan Anak Gaza Gugur tak Mampu Gugah Barat Dukung Resolusi PBB

Sudah lebih dari 2.300 anak-anak telah gugur di Jalur Gaza sejak konflik meningkat.

Rep: Amri Amrullah / Red: Esthi Maharani
Petugas medis Palestina menggendong seorang anak yang terluka dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza, di Deir el-Balah, Ahad (22/10/2023). Dilansir Reuters, serangan udara Israel ke Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah mengakibatkan 4.651 warga Palestina meninggal dunia, 40 persen di antaranya adalah anak-anak.
Foto: AP Photo/Ali Mahmoud
Petugas medis Palestina menggendong seorang anak yang terluka dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza, di Deir el-Balah, Ahad (22/10/2023). Dilansir Reuters, serangan udara Israel ke Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah mengakibatkan 4.651 warga Palestina meninggal dunia, 40 persen di antaranya adalah anak-anak.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kekuatan politik tertentu di Barat telah terbukti tidak mampu menghasilkan resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB yang menyerukan gencatan senjata dan penyelesaian konflik Israel-Palestina. Bahkan setelah muncul laporan bahwa ribuan anak-anak Gaza gugur setelah dibantai Israel di Jalur Gaza, kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova.

 

Baca Juga

"Ini adalah hal yang paling jelas dan sederhana yang harus dilakukan dalam situasi ini, Barat menolak hanya untuk menghasilkan pernyataan, resolusi, dokumen dengan seruan terpadu untuk gencatan senjata," kata Maria Zakharova, Selasa (25/10/2023).

Ia mengomentari data UNICEF yang mengonfirmasi sudah lebih dari 2.300 anak-anak telah gugur di Jalur Gaza sejak konflik meningkat. Zakharova mengatakan, ada kebutuhan mendesak untuk menyetujui resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB terkait masalah ini.

"Dan bahkan angka-angka ini tidak dapat memaksa kekuatan politik tertentu di Barat untuk sadar dan menyadari apa yang sedang terjadi," kata diplomat itu.

Menurut UNICEF, lebih dari 2.300 anak telah meninggal dan lebih dari 5.300 lainnya mengalami luka-luka di Jalur Gaza selama 18 hari sejak konflik itu berkobar. Di mana akar masalahnya telah lama membara dan dibiarkan meningkat menjadi serangan kekerasan yang baru. 

Menurut sebuah pernyataan dari organisasi tersebut, lebih dari 400 anak terbunuh atau terluka setiap hari dalam serangan penembakan yang tak henti-hentinya di daerah kantong tersebut.

Ketegangan kembali memanas di Timur Tengah pada tanggal 7 Oktober ketika para militan dari kelompok radikal Palestina yang berbasis di Gaza, Hamas, melakukan serangan mendadak ke wilayah Israel dari Jalur Gaza. Hamas menggambarkan serangannya sebagai respon terhadap tindakan agresif otoritas Israel terhadap Masjid Al-Aqsa di Temple Mount di Kota Tua Yerusalem. 

Sebagai tanggapan, Israel telah mengumumkan blokade total Jalur Gaza, rumah bagi 2,3 juta orang Palestina, dan mulai melancarkan serangan udara ke daerah kantong tersebut dan beberapa bagian Lebanon dan Suriah. Bentrokan juga terjadi di Tepi Barat.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement