REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Alquran mengabadikan kisah Nabi Yusuf AS ketika dia diangkat menjadi pejabat tinggi Mesir. Saat itu Nabi Yusuf meminta suatu jabatan demi menyelamatkan rakyat Mesir dari keterpurukan. Ini terekam dalam Surat Yusuf ayat 54-55.
وَقَالَ الْمَلِكُ ائْتُونِي بِهِ أَسْتَخْلِصْهُ لِنَفْسِي ۖ فَلَمَّا كَلَّمَهُ قَالَ إِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِينٌ أَمِينٌ قَالَ اجْعَلْنِي عَلَىٰ خَزَائِنِ الْأَرْضِ ۖ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ
"Dan raja berkata, 'Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang rapat kepadaku'. Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia berkata, 'Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercayai pada sisi kami'. Yusuf berkata, 'Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir), sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan'." (QS Yusuf ayat 54-55)
Raja Mesir senang dengan kebijaksanaan dan pengetahuan yang dimiliki Nabi Yusuf AS. Ini tidak lepas dari mukjizat Nabi Yusuf AS yang mampu mengartikan mimpi Raja Mesir melihat tujuh ekor sapi dan ada delapan ekor yang sedang memakan tujuh ekor sapi yang kurus.
Dalam tidurnya itu, Raja Mesir juga bermimpi melihat tujuh butir jagung hijau yang diolah menjadi tujuh batang yang kering. Semua ahli tafsir mimpi dan ahli sihir, tidak bisa menafsirkan mimpi tersebut. Lalu seorang pelayan raja menyarankan untuk mendatangkan Nabi Yusuf untuk menafsirkan mimpi.
Yusuf pun datang dan menjelaskan kepada raja bahwa Mesir akan ditimpa masa yang baik selama tujuh tahun, masa paceklik selama tujuh tahun, dan tahun-tahun berikutnya yang baik.
Pengetahuan dan kebijaksanaan Nabi Yusuf itulah yang membuat Raja Mesir memutuskan untuk memberi kedudukan tinggi kepadanya. Raja pun menawarkan jabatan kepada Yusuf untuk mengambil alih pengelolaan selama tahun-tahun yang baik dan selama masa paceklik itu.
Namun Yusuf menolak tawaran tersebut jika ketidakbersalahannya dalam kasus istri Al-Aziz tidak terungkap. Investigasi pun dilakukan oleh pihak raja. Hingga akhirnya, kebenaran terkait kasus itu terungkap bahwa Nabi Yusuf AS tidak bersalah.
Kemudian Yusuf meminta raja agar dirinya diberi kewenangan untuk melakukan swasembada pangan. Nabi Yusuf AS berkata kepada raja, "Untuk mengatur penanaman dan lumbungnya, berikan aku tanggung jawab atas kekayaan bumi, karena aku bisa melestarikannya dan tahu cara mengelolanya."
Raja Mesir pun mengeluarkan keputusan menunjuk Yusuf sebagai perdana menteri Mesir. Dengan demikian, penderitaan yang dialami sebelumnya oleh Nabi Yusuf di Mesir hingga membuat dia dipenjara akibat kasus istri Al Aziz, justru menjadi landasan untuk mengangkat derajat Nabi Yusuf di muka bumi.
Baca juga: Alquran Bolehkan Nepotisme dari Kisah Nabi Musa Tunjuk Nabi Harun Asisten? Ini Kata Pakar
Setelah diangkat sebagai perdana menteri Mesir, Nabi Yusuf AS mengambil alih urusan ekonomi dan pangan. Di masa tahun-tahun yang baik itu, Nabi Yusuf mengatur produksi dan penyimpanan hasil bumi. Masa tujuh tahun yang baik pun berlalu, kemudian memasuki masa tujuh tahun paceklik.
Di awal masa paceklik ini, Nabi Yusuf AS meningkatkan pendistribusian dengan tetap menjaga stabilitas pasokan pangan. Selama tujuh tahun dilanda kekeringan, hujan benar-benar tidak turun. Tidak ada hasil panen.
Selama Mesir mengalami kekeringan, Nabi Yusuf AS memimpin operasi pendistribusian makanan kepada masyarakat. Karena langkah yang diambil inilah, Nabi Yusuf menjadi populer karena kemampuannya mengatur kebutuhan rakyat, mendistribusikan pasokan pangan, dan menyelamatkan mereka dari keterpurukan.
Sumber: shorouknews