Oleh: Jaya Suprana, Budayawan, Penggagar Rekor Muri, Aktivis Pedamaian.
Hiruk-pikuk politik Indonesia selama ini membuat banyak kata sebutan dalam bahasa Indonesia mengalami derita penurunan makna atau dipeyorasikan (menjadi kata berkonotasi negatif). Padahal kata itu sejatinya netral, bahkan punya marwah kebaikan.
Namunm memang bangsa Indonesia tergolong kreatif dalam memproduksi kata cemooh terutama di panggung politik untuk melecehkan pihak lawan politik mulai dari cebong, kampret, kadrun, Pinokio sampai Petruk.
Sebenarnya masing-masing kata cemooh tersebut tidak mengandung makna negatif. Misalnya, cebong adalah mahluk imut yang merupakan bagian hakiki proses metamorforsa katak.
Sementara kampret merupakan satu-satunya jenis mamalia memiliki kemampuan terbang serta tidur dalam posisi kepala di bawah sambil berdaya dengar melebihi daya lihat manusia biasa seperti Dare Devil dan Batman atau para Vampir.
Kadrun sebagai akronim kadal gurun pada hakikatnya adalah mahluk yang paling perkasa-mandraguna sehingga mampu paling lama bertahan hidup di padang gurun tanpa makan dan minum di bawah panas sinar matahari yang membara bumi.
Pinokio adalah tokoh protagonis dari kisah fiksi mahalarya Carlo Collodi berjudul "Le Avventure di Pinnochio" yang telah dinobatkan sebagai mahakarya sastra klasik Italia.
Cerita Pinokio berawal dari sepotong kayu dipahat oleh Geppeto menjadi boneka kayu yang diberi nama Pinokio. Geppeto sangat menyayangi Pinokio sebagai anaknya, sehingga Geppeto menjual mantelnya untuk membeli buku sekolah Pinokio. Sayang buku tersebut malah dijual oleh Pinokio untuk membeli tiket pertunjukan boneka kayu.
Pinokio hampir saja dibakar oleh pemilik pertunjukan, tetapi kepolosan Pinokio malah membuatnya diberi sejumlah koin emas.
Di perjalanan pulang untuk memberikan koin emas kepada Geppeto, Pinokio malah mengikuti rubah dan kucing jahat yang berjanji akan menggandakan koin emas tersebut.
Sayang, Pinokio malah tertipu, dirampok, dan nyaris dibakar oleh rubah dan kucing itu. Dalam petualangannya kembali ke rumah, Pinokio banyak menemui kesulitan akibat sifatnya yang polos, bodoh, egois dan suka berdusta. Ini antara lain pernah menjadi keledai, dimakan ikan hiu di samping hidungnya terkutuk tumbuh menjadi panjang setiap kali berdusta.
Namun pengalaman-pengalaman yang dialaminya mengubah Pinokio menjadi pribadi yang peduli terhadap perasaan orang lain dan patuh kepada orangtua.
Akhir dari dongeng ini adalah Pinokio bertobat dan dapat bertemu kembali dengan Geppeto dan berubah dari boneka kayu menjadi anak laki-laki yang bersifat baik dan jujur.
Petruk adalah tokoh protagonis Wayang Purwa sebagai anggota Punakawan yang diutus swargaloka turun ke bumi untuk secara arif dan bijaksana mendampingi Pandawa dan Sri Kresna agar tidak terpancing melakukan perilaku buruk ketika menghadapi angkara murka Kurawa dan Sengkuni.
Pada hakikatnya Petruk bersama Gareng dan Bagong senantiasa setia mendukung perjuangan Semar sebagai penjemaan kakak Betara Guru, yaitu Betara ismaya menegakkan pilar-pilar kebenaran, keadilan, keberadaban dan kemanusiaan di marcapada.
Hanya memang ibarat nila setitik merusak susu sebelanga, maka akibat lelakon carangan garapan para dalang berjudul Petruk Kelangan Pethel yang berkembang menjadi Petruk Dadi Ratu di mana Petruk sempat lupa daratan akibat terbius nikmatnya tahta kekuasaan, maka reputasi Petruk sempat tercemar.
Syukur alhamdullilah, akhir kisah buruk tersebut selalu ditutup oleh ki dalang dengan happy ending di mana Petruk yang mabuk kekuasaan disadarkan oleh sesama anggota Punakawan untuk kembali menjadi Petruk yang arif bijaksana berbekal kearifan Ojo Dumeh serta Ngono Yo Ngono Ning Ojo Ngono demi menegakkan pilar-pilar kebenaran keadilan, keberadaban serta kemanusiaan di persada Nusantara. MERDEKA!