Senin 30 Oct 2023 20:15 WIB

Asosiasi Hotel, Restoran, dan Pariwisata Kota Bandung Komitmen Kelola Sampah dari Hulu 

Sampah organik yang dipilah sudah mulai diangkut oleh UPT Pengelolaan Sampah.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Muhammad Hafil
Warga berada diantara tumpukan sampah yang menumpuk di Sungai Citarik, Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (28/10/2023). Warga menyatakan sudah hampir seminggu sampah yang didominasi oleh plastik dan styrofom tersebut menumpuk di Sungai Citarik dan warga berharap agar dinas terkait segera mengangkut sampah tersebut karena khawatir akan penyakit yang ditimbulkan.
Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Warga berada diantara tumpukan sampah yang menumpuk di Sungai Citarik, Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (28/10/2023). Warga menyatakan sudah hampir seminggu sampah yang didominasi oleh plastik dan styrofom tersebut menumpuk di Sungai Citarik dan warga berharap agar dinas terkait segera mengangkut sampah tersebut karena khawatir akan penyakit yang ditimbulkan.

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG—Perubahan perilaku terus digencarkan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung sebagai upaya menyelesaikan permasalahan sampah yang masih dalam status darurat. Salah satunya dengan menyamakan frekuensi komitmen bersama para asosiasi hotel, kafe, restoran, dan pariwisata.

Sekretaris Daerah, Ema Sumarna mengaku, telah menyosialisasikan penanganan sampah di tiap kluster. Mulai dari kluster pendidikan, pusat perbelanjaan, tempat ibadah, kelompok masyarakat kota, dan kini perhotelan, cafe, resto, serta pariwisata.

Baca Juga

"Kami terus mencoba membangun pemahaman dan komitmen menangani sampah. Harapannya sampah bisa selesai di hulu. Saya yakin yang ada di kluster cafe, resto, tempat wisata, dan perhotelan juga bisa ikut berkomitmen," ujar Ema di Balai Kota Bandung, Senin 30 Oktober 2023.

Ia menyebutkan, dari 135 TPS, kini sudah ada 108 TPS yang bisa ditangani dan mulai mendekati normal.

"Kalau hotel di Kota Bandung bisa menangani sampah 100 persen, tidak usah ada kewajiban bayar retribusi sampah. Tinggal kita berkomitmen saja sampah selesai di tempat masing-masing," ucapnya.

Ia mengungkapkan, salah satu langkah inspiratif bisa dicontoh dari mal PVJ. Setiap hari PVJ memproduksi 5 ton sampah, 90 persen di antaranya adalah sampah organik. 

"Dan itu sudah selesai dengan maggot. Mereka mau berkorban penanganan masalah sampah, disiapkan lahan untuk menangani sampah dengan maggot. Lalu sampah anorganik kerja sama dengan pengepul. Sisanya 2 persen sampah residu yang dibuang ke TPA," jelasnya.

Ema mengimbau, jangan sampai sampah mematikan potensi pariwisata Kota Bandung. Terlebih Kota Bandung sangat bergantung pada sektor jasa pariwisata.

"Bebas, caranya bisa disesuaikan masing-masing. Silakan pilih cara seperti apa yang cocok untuk di lingkungannya. Jangan sampai di tempat bapak ibu semua ada sampah yang menumpuk. Itu kan membuat orang jadi tidak tertarik berkunjung," imbaunya.

Sementara itu, Direktur Pengembangan Bisnis dan Pemasaran Saung Angklung Udjo, Satria Yanuar Akbar mengatakan, Saung Angklung Udjo sudah mengelola 7 ton sampah secara mandiri. 

"Bahkan kami membuka wisata pengolahan sampah untuk anak-anak. Ini menjadi edukasi baru yang kami kembangkan," tutur Satria.

Selain itu, pihaknya juga bekerja sama dengan Octopus (anak perusahaan Danone) untuk mengolah sampah anorganik di Cibeunying Kidul. Sistemnya serupa dengan Bank Sampah.

"Terlebih sekarang turis-turis asing sudah mulai kembali, rata-rata seminggu ada 200 turis asing datang ke tempat kami. Permasalahan sampah kami akui cukup jadi PR di Cibeunying Kidul. Maka dari itu, sedang kami olah, mudah-mudahan minggu depan kami akan resmikan Cibeunying Kidul menjadi KBS," tuturnya.

Selain itu, Bidang Keanggotaan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jabar, Iwan Siwadimadja menuturkan, sejak 3 bulan lalu PHRI sudah melakukan penyuluhan sampah ke hotel-hotel dan restoran di Kota Bandung. 

"Sebanyak 294 anggota kami sudah mendapatkan penyuluhan. Saat sedang berjalannya penyuluhan, terjadi kebakaran Sarimukti. Kami juga langsung mempercepat pengolahan sampah di hotel dan resto," aku Iwan.

Ia mengungkapkan, sekitar awal September, sampah organik yang dipilah sudah mulai diangkut oleh UPT Pengelolaan Sampah. Kemudian disalurkan kepada pengolah maggot. 

"Hanya prosesnya agak sulit koordinasinya juga. Kami juga sudah study banding ke Taman Safari untuk melihat cara pengolahannya. Mudah-mudahan dalam waktu sebulan sudah bisa berproses," katanya.

Ia menyebutkan beberapa hotel yang sudah 100 persen menyelesaikan sampah di tempatnya adalah El Royal, Grand Cokro, dan Hotel Malaka. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement