REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Menteri Dalam Negeri Inggris Suella Braverman menganggap unjuk rasa pro-Palestina di negaranya sebagai pawai kebencian. Dia menilai, terdapat sejumlah besar aktor jahat yang terlibat dalam demonstrasi tersebut karena menyerukan penghapusan Israel.
“Sekarang kita melihat puluhan ribu orang turun ke jalan menyusul pembantaian orang-orang Yahudi – satu-satunya korban jiwa Yahudi terbesar sejak Holocaust, meneriakkan penghapusan Israel dari peta,” kata Braverman menyinggung tentang serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu, Senin (30/10/2023), dikutip laman Middle East Monitor.
Braverman tidak membedakan antara mayoritas pengunjuk rasa damai dan mereka yang mendukung penghapusan Israel. “Menurut saya, hanya ada satu cara untuk menggambarkan demonstrasi tersebut: itu adalah demonstrasi kebencian,” ujarnya.
Dia pun menyerukan kepolisian Inggris untuk menindak segala bentuk anti-Semitisme. “Polisi harus mengambil pendekatan tanpa toleransi terhadap anti-Semitisme,” kata Braverman.
Ribuan warga Inggris telah beberapa kali menggelar aksi unjuk rasa pro-Palestina selama tiga pekan terakhir. Mereka menyerukan dan mendesak agar agresi Israel ke Jalur Gaza segera diakhiri.
Sikap Pemerintah Inggris sendiri pro-Israel. Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak telah berkunjung ke Israel pada 19 Oktober 2023 lalu. Lawatannya bertujuan menunjukkan solidaritas kepada Israel dalam menghadapi kelompok Hamas.
“Saya di sini untuk mengungkapkan solidaritas saya kepada rakyat Israel. Anda telah mengalami tindakan terorisme yang mengerikan dan tak terkatakan dan saya ingin Anda tahu bahwa Inggris dan saya mendukung Anda,” kata Sunak kepada awak media Israel sesaat setelah mendarat di negara tersebut, dikutip laman Sky News.
Setelah pertempuran berlangsung selama tiga pekan, saat ini Inggris sedang berusaha mendorong jeda kemanusiaan di Jalur Gaza. “Kami bekerja secara ekstensif dengan Mesir, Israel, dan negara-negara lain untuk mencoba dan melakukan jeda kemanusiaan, jeda sementara sehingga kita bisa menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada orang-orang yang membutuhkannya,” kata Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly dalam sebuah wawancara dengan Reuters di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Senin (30/10/2023) lalu.
Israel masih terus melancarkan serangannya ke Jalur Gaza. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, hingga Senin lalu, jumlah warga Gaza terbunuh akibat agresi Israel yang dimulai sejak 7 Oktober 2023 lalu telah mencapai sedikitnya 8.260 jiwa. Sementara korban luka melebihi 21 ribu orang. Agresi Israel juga menyebabkan lebih dari 1 juta warga Gaza terlantar dan mengungsi.