REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA — Masa tanggap darurat kekeringan yang diberlakukan di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, berakhir pada Selasa (31/10/2023) ini. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Majalengka menunggu informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk menentukan masa tanggap darurat kekeringan.
Penata Penanggulangan Bencana Ahli Muda BPBD Kabupaten Majalengka Rezza Permana menjelaskan, pihaknya menunggu data dari BMKG mengenai prakiraan musim hujan di wilayah Kabupaten Majalengka. “Tadi belum dapat (data dari BMKG). Tapi, kemungkinan besar (masa tanggap darurat kekeringan) diperpanjang satu bulan,” ujar Rezza kepada Republika, Selasa (31/10/2023).
Rezza mengatakan, hujan memang sudah mulai turun wilayah Kabupaten Majalengka, namun belum merata. “Durasinya juga sebentar,” kata dia.
Sementara warga yang terdampak kekeringan atau kesulitan air bersih bertambah. Sejak Juni lalu hingga pertengahan Oktober, dilaporkan ada 25.172 warga yang terdampak kekeringan. Adapun sampai 25 Oktober dilaporkan menjadi sekitar 29.065 warga.
Warga terdampak kekeringan itu tersebar di 23 desa/kelurahan di 12 kecamatan. Mencakup wilayah Kecamatan Kasokandel, Kadipaten, Panyingkiran, Cigasong, Majalengka, Palasah, Leuwimunding, Sumber Jaya, Jatitujuh, Kertajati, Bantarujeg, dan Lemahsugih. “Sumber air milik warga di desa-desa tersebut mengering dan tidak lagi mengeluarkan air,” kata Rezza.
Karena itu, BPBD Kabupaten Majalengka bersama sejumlah instansi terkait masih mengupayakan penyaluran bantuan air bersih untuk warga di desa-desa terdampak kekeringan. Sejauh ini, dilaporkan sudah sekitar satu juta liter air bersih yang disalurkan untuk membantu warga.