REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI – Sebanyak 1.000 anak Palestina dari Jalur Gaza akan menerima perawatan medis di rumah sakit Uni Emirat Arab (UEA). Hal itu diumumkan setelah Presiden UEA Sheikh Abdullah bin Zayed melakukan pembicaraan via telepon dengan Presiden Komite Palang Merah Internasional (ICRC) Mirjana Spoljaric.
Dalam laporan yang diterbitkan Kamis (2/11/2023), kantor berita UEA, Emirates News Agency (WAM), mengungkapkan, sebanyak 1.000 anak yang akan menerima perawatan bakal didampingi keluarga mereka masing-masing. Mereka akan pulang ke Gaza setelah perawatan medis selesai dilakukan.
Dalam percakapannya, Sheikh Abdullah dan Spoljaric turut mendiskusikan situasi kemanusiaan di Jalur Gaza. “Mereka membahas pentingnya memungkinkan pengiriman bantuan dan bantuan medis yang aman, tanpa hambatan dan berkelanjutan kepada warga sipil di Gaza,” tulis WAM dalam laporannya.
Kementerian Kesehatan di Gaza mengungkapkan, hingga Rabu (1/11/2023) lalu, jumlah warga yang terbunuh sejak dimulainya agresi Israel pada 7 Oktober 2023 telah mencapai 8.805 jiwa, termasuk di dalamnya 3.648 anak-anak. Sementara korban luka telah melampaui 22 ribu orang.
Saat ini Israel diketahui turut meluncurkan operasi pertempuran darat. Meski jumlah korban jiwa dan luka di Gaza kian melambung, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan, dia menolak gencatan senjata di Jalur Gaza. “Seruan gencatan senjata adalah seruan agar Israel menyerah pada Hamas, menyerah pada terorisme, menyerah pada barbarisme. Ini tidak akan terjadi,” ujarnya pada Senin (30/10/2023) lalu.
Dia kemudian menganalogikan serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu seperti ketika Jepang menyerang Pearl Harbour dalam Perang Dunia II. “Sama seperti Amerika Serikat yang tidak menyetujui gencatan senjata setelah pemboman Pearl Harbour atau setelah serangan 11 September (2001), Israel juga tidak akan menyetujui penghentian permusuhan dengan Hamas setelah serangan mengerikan pada 7 Oktober 2023,” kata Netanyahu.
Hingga berita ini ditulis, jumlah warga Israel yang tewas akibat serangan dan operasi infiltrasi Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu telah mencapai lebih dari 1.400 orang.