REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pegiat media sosial, Mardigu Wowiek Prasantyo, menyarankan PKS melebarkan lagi sayapnya ke pemilih nasional. Hal itu disampaikan saat mengisi Bimbingan Teknis PKS untuk Jawa Tengah, Jawa Timur dan DIY.
Ia berpendapat, terdapat pasar nasionalis yang sangat merindukan kaum nasionalis-religius. Yang mana, Mardigu melihat, sampai saat ini pasar itu belum terwakili dan sangat bisa digarap partai politik seperti PKS.
"Jadi, teman-teman PKS harap menggarap pasar tengah tersebut agar menjadi lebar lagi, menjadi ada nasionalis di sana," kata Mardigu melalui rilis yang diterima Republika, Kamis (2/11).
Mardigu melihat, PKS sebagai partai yang membawa kebenaran kalah karena kurangnya pengulangan yang dilakukan. Padahal, pengulangan merupakan ibu dari semua perubahan, sehingga memang perlu memperbanyak pengulangan.
"PKS ini kan bawa kebenaran, tapi kalah pengulangannya, harus terus mengulang-ulang pesan kebenarannya," ujar Mardigu.
Pada kesempatan itu, Mardigu menyampaikan materi tentang memahami konspirasi dan penguatan jiwa Pancasila. Antara lain dengan memaparkan sejarah Palestina sampai masuknya Israel yang melakukan penjajahan.
Ia berpendapat, Israel sebagai negara ciptaan memang sejak lama menciptakan berbagai kebohongan yang diulang-ulang. Dari langkah pengulangan tersebut lama-lama diyakini sebagai sebuah kebenaran.
"Ïtu filosofinya berperang, ciptakan sebuah kebohongan, ulang-ulangi pada akhirnya mereka akan percaya," kata Mardigu.
Selain Mardigu, turut hadir pakar hukum tata negara, Refly Harun, yang memberikan materi. Dalam paparannya, Refly menilai, stigma PKS itu anti Pancasila seharusnya tidak ada karena Muslim yang baik pasti Pancasila.
Kemudian, seorang Pancasilais pasti Muslim yang baik. Karenanya, kita harus lebih sering menafsirkan kalau Pancasila tidak berseberangan dengan ideologi keagamaan karena keduanya tidak dikotomi.
"Pancasila itu ibarat constitutional framework, kerangka kita bernegara dan itu cocok dengan semua agama," ujar Refly.