Jumat 03 Nov 2023 00:03 WIB

PKS Disarankan Lebarkan Sayap ke Pemilih Nasionalis

Pengamat menyarankan PKS melebarkan sayap ke pemilih nasionalis untuk naikkan suara.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Bilal Ramadhan
 Seorang kader memegang bendera merah putih dan bendera Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Pengamat menyarankan PKS melebarkan sayap ke pemilih nasionalis untuk naikkan suara.
Seorang kader memegang bendera merah putih dan bendera Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Pengamat menyarankan PKS melebarkan sayap ke pemilih nasionalis untuk naikkan suara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pegiat media sosial, Mardigu Wowiek Prasantyo, menyarankan PKS melebarkan lagi sayapnya ke pemilih nasional. Hal itu disampaikan saat mengisi Bimbingan Teknis PKS untuk Jawa Tengah, Jawa Timur dan DIY.

Ia berpendapat, terdapat pasar nasionalis yang sangat merindukan kaum nasionalis-religius. Yang mana, Mardigu melihat, sampai saat ini pasar itu belum terwakili dan sangat bisa digarap partai politik seperti PKS.

Baca Juga

"Jadi, teman-teman PKS harap menggarap pasar tengah tersebut agar menjadi lebar lagi, menjadi ada nasionalis di sana," kata Mardigu melalui rilis yang diterima Republika, Kamis (2/11).

Mardigu melihat, PKS sebagai partai yang membawa kebenaran kalah karena kurangnya pengulangan yang dilakukan. Padahal, pengulangan merupakan ibu dari semua perubahan, sehingga memang perlu memperbanyak pengulangan.

"PKS ini kan bawa kebenaran, tapi kalah pengulangannya, harus terus mengulang-ulang pesan kebenarannya," ujar Mardigu.

Pada kesempatan itu, Mardigu menyampaikan materi tentang memahami konspirasi dan penguatan jiwa Pancasila. Antara lain dengan memaparkan sejarah Palestina sampai masuknya Israel yang melakukan penjajahan.

Ia berpendapat, Israel sebagai negara ciptaan memang sejak lama menciptakan berbagai kebohongan yang diulang-ulang. Dari langkah pengulangan tersebut lama-lama diyakini sebagai sebuah kebenaran.

"Ïtu filosofinya berperang, ciptakan sebuah kebohongan, ulang-ulangi pada akhirnya mereka akan percaya," kata Mardigu.

Selain Mardigu, turut hadir pakar hukum tata negara, Refly Harun, yang memberikan materi. Dalam paparannya, Refly menilai, stigma PKS itu anti Pancasila seharusnya tidak ada karena Muslim yang baik pasti Pancasila.

Kemudian, seorang Pancasilais pasti Muslim yang baik. Karenanya, kita harus lebih sering menafsirkan kalau Pancasila tidak berseberangan dengan ideologi keagamaan karena keduanya tidak dikotomi.

"Pancasila itu ibarat constitutional framework, kerangka kita bernegara dan itu cocok dengan semua agama," ujar Refly.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement