Sabtu 04 Nov 2023 13:51 WIB

PM Inggris Tolak Aksi Unjuk Rasa Pro-Palestina

Aksi unjuk rasa pro-Palestina akan digelar bertepatan dengan peringatan Armistice Day

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Beberapa pejabat tinggi Inggris, termasuk Perdana Menteri Rishi Sunak, telah menolak adanya aksi unjuk rasa pro-Palestina yang diagendakan digelar pada 11 November 2023.
Foto: AP Photo/Kirsty Wigglesworth
Beberapa pejabat tinggi Inggris, termasuk Perdana Menteri Rishi Sunak, telah menolak adanya aksi unjuk rasa pro-Palestina yang diagendakan digelar pada 11 November 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Beberapa pejabat tinggi Inggris, termasuk Perdana Menteri Rishi Sunak, telah menolak adanya aksi unjuk rasa pro-Palestina yang diagendakan digelar pada 11 November 2023 mendatang. Hal itu karena hari tersebut bertepatan dengan peringatan “Armistice Day”, yakni momen penandatanganan kesepakatan gencatan senjata antara Sekutu dan Jerman pada Perang Dunia I.

“Merencanakan (aksi) protes pada Armistice Day adalah hal yang provokatif dan tak sopan, dan ada risko yang jelas dan nyata bahwa Cenotaph serta tugu memorial perang lainnya dapat dinodai, sesuatu yang akan menjadi penghinaan bagi masyarakat Inggris dan nilai-nilai yang kita junjung,” kata Rishi Sunak dalam sebuah pernyataan yang diunggah di akun X resminya, Jumat (3/11/2023).

Baca Juga

Menurut Sunak, hak bagi publik Inggris untuk mengenang mereka yang telah berkorban dalam Perang Dunia I harus dihormati. “Saya telah meminta Menteri Dalam Negeri untuk mendukung Kepolisian Metro untuk melakukan segala upaya yang diperlukan untuk melindungi kesucian Armistice Day dan Remembrance Sunday,” ucap Sunak.

Menteri Dalam Negeri Inggris Suella Braverman kemudian merespons unggahan pernyataan Sunak di platform X. Braverman kemudian menyebut aki unjuk rasa pro-Palestina sebagai pawai kebencian. “Saya setuju dengan Perdana Menteri. Ini sepenuhnya tak dapat diterima untuk menodai Armistice Day dengan pawai kebencian melintasi London,” ujar Braverman.

Dia berpendapat, jika aksi unjuk rasa pro-Palestina tetap digelar pada 11 November 2023 mendatang, akan terjadi kekacauan, kekerasan, dan kerusakan publik yang serius. “Saya sepenuhnya percaya pada Kepolisian Metropolitan untuk memastikan keamanan publik dan mempertimbangkan semua faktor seperti yang telah mereka di masa lalu,” ucap Braverman.

Sebelumnya Braverman telah menyatakan secara terbuka bahwa unjuk rasa pro-Palestina di negaranya sebagai pawai kebencian. Dia menilai, terdapat sejumlah besar aktor jahat yang terlibat dalam demonstrasi tersebut karena menyerukan penghapusan Israel. “Sekarang kita melihat puluhan ribu orang turun ke jalan menyusul pembantaian orang-orang Yahudi – satu-satunya korban jiwa Yahudi terbesar sejak Holocaust, meneriakkan penghapusan Israel dari peta,” kata Braverman menyinggung tentang serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu, Senin (30/10/2023), dikutip laman Middle East Monitor.

Braverman tidak membedakan antara mayoritas pengunjuk rasa damai dan mereka yang mendukung penghapusan Israel. “Menurut saya, hanya ada satu cara untuk menggambarkan demonstrasi tersebut: itu adalah demonstrasi kebencian,” ujarnya.

Dia pun menyerukan kepolisian Inggris untuk menindak segala bentuk anti-Semitisme. “Polisi harus mengambil pendekatan tanpa toleransi terhadap anti-Semitisme,” kata Braverman.

Selama hampir sebulan terakhir, ribuan warga Inggris telah beberapa kali menggelar aksi unjuk rasa pro-Palestina. Mereka menyerukan dan mendesak agar agresi Israel ke Jalur Gaza segera diakhiri. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement