Selasa 07 Nov 2023 16:06 WIB

Sering Cemas? Dokter Beri Tips untuk Menguranginya: Tarik Napas Dalam, Embuskan Perlahan

Mengambil napas dalam merupakan metode relaksasi sederhana mengurangi kecemasan.

Red: Qommarria Rostanti
Seseorang mengalami kecemasan (ilustrasi). Jika Anda sering mengalami kecemasan, dokter memberikan saran untuk menguranginya yaitu dengan ambil napas dalam kemudian embuskan perlahan.
Foto: Dok Republika
Seseorang mengalami kecemasan (ilustrasi). Jika Anda sering mengalami kecemasan, dokter memberikan saran untuk menguranginya yaitu dengan ambil napas dalam kemudian embuskan perlahan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apakah Anda sering mengalami kecemasan? Jika ya, Anda bisa melakukan saran dari dokter ini: ambil napas dalam, lalu keluarkan secara perlahan.

Menurut pakar spesialis dalam dari Kelompok Staf Medis Penyakit Dalam Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo Dr dr Hamzah Shatri, SpPD, K-Psi, MEpid, cara itu merupakan metode relaksasi sederhana mengurangi kecemasan.

Baca Juga

"Mengambil napas dalam, mengeluarkan perlahan, membuat tubuh menjadi rileks, membuat sistem saraf otonom yang mengendalikan berbagai macam alat-alat yang ada di tubuh menjadi stabil sehingga keseimbangan kembali," ujar Hamzah dalam diskusi yang digelar RSCM-ILUNI FKUI secara daring, Selasa (7/11/2023).

Menurut Hamzah, seseorang yang dilanda cemas juga bisa melakukan bentuk-bentuk relaksasi lainnya. Namun, kata dia, umumnya individu memiliki coping mechanism atau strategi koping yakni strategi seseorang ketika menghadapi perasaan tak nyaman seperti stres dan cemas misalnya dengan mendengarkan musik.

Di sisi lain, menerapkan pola hidup sehat termasuk berolahraga sesuai kemampuan juga mampu mengurangi kecemasan karena meningkatkan endorfin. "Kita melakukan pola hidup sehat meliputi olahraga, makan makanan yang baik dan teratur, tidak mengonsumsi yang mudah menimbulkan kecemasan seperti kopi, kebiasaan merokok. Ada zat-zat yang menstimulasi timbulnya kecemasan. Kafein itu stimulan," kata Hamzah.

Dia menyebut, dalam menangani cemas, seseorang tak hanya dapat berkonsultasi dengan dokter spesialis jiwa namun juga pakar penyakit dalam karena karena ada keluhan seperti mudah lelah, sulit tidur, sulit konsentrasi, berdebar-debar, perut kurang nyaman, nyeri perut dan lainnya. "Kemudian dilakukan diagnosis ternyata ini lebih banyak berhubungan dengan cemas, emosi negatif, karena organnya sendiri mungkin bagus tapi timbul gejala fisik yang didasari masalah psikologis, disebut penyakit psikosomatik fungsional," kata dia.

Untuk menetapkan diagnosis, dokter umumnya melakukan wawancara, kemudian melakukan pemeriksaan fisik terkait apa yang dikeluhkan termasuk memeriksa organ-organ pasien. Dokter juga bisa meminta pasien menjalani pemeriksaan penunjang baik laboratorium, tes darah, yang diperlukan sesuai keluhan.

Hamzah mengatakan, penyakit psikosomatik yang bersumber dari cemas sangat banyak di masyarakat, apalagi di tengah berbagai macam masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Namun, sayangnya mereka yang berobat pada kondisi awal-awal sangat sedikit, kemungkinan masih malu mengungkapkan kondisinya.

"Mungkin pengetahuan mengenai cemas perlu ditingkatkan sehingga banyak yang bisa tertangani oleh tenaga medis atau sendiri," kata dia yang menekankan pengobatan cemas tidak sekadar obat, tetapi, juga mengatasi sumber masalahnya.

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ اَنْ يَّقْتُلَ مُؤْمِنًا اِلَّا خَطَـًٔا ۚ وَمَنْ قَتَلَ مُؤْمِنًا خَطَـًٔا فَتَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةٍ وَّدِيَةٌ مُّسَلَّمَةٌ اِلٰٓى اَهْلِهٖٓ اِلَّآ اَنْ يَّصَّدَّقُوْا ۗ فَاِنْ كَانَ مِنْ قَوْمٍ عَدُوٍّ لَّكُمْ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَتَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةٍ ۗوَاِنْ كَانَ مِنْ قَوْمٍۢ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِّيْثَاقٌ فَدِيَةٌ مُّسَلَّمَةٌ اِلٰٓى اَهْلِهٖ وَتَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةٍ ۚ فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِۖ تَوْبَةً مِّنَ اللّٰهِ ۗوَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا
Dan tidak patut bagi seorang yang beriman membunuh seorang yang beriman (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja). Barangsiapa membunuh seorang yang beriman karena tersalah (hendaklah) dia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta (membayar) tebusan yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga si terbunuh) membebaskan pembayaran. Jika dia (si terbunuh) dari kaum yang memusuhimu, padahal dia orang beriman, maka (hendaklah si pembunuh) memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Dan jika dia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar tebusan yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa tidak mendapatkan (hamba sahaya), maka hendaklah dia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai tobat kepada Allah. Dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.

(QS. An-Nisa' ayat 92)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement