REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan harga pangan yang tinggi terutama beras selalu menjadi isu menjelang akhir tahun. Bahkan, Faisal menuturkan tingginya mahalnya harga beras juga selalu terjadi hingga awal tahun.
"Karena biasanya memang pada akhir tahun sampai awal tahun di Januari, harga pangan khususnya beras ini bergerak naik karena ini adalah periode dimana waktu antara dua musim panen," kata Faisal kepada Republika.co.id, Rabu (8/11/2023).
Dia menjelaskan pada September tengah memasuki musim panen gadu dan musim panen raya baru dimulai pada Februari. Dengan begitu, Faisal menyebut pada musim gadu setelah September, Oktober, November, Desember, dan Januari produksi beras menurun.
"Produksi turun, stok juga sedikit demi sedikit mengalami penurunan. Sementara demand, terutama akhir tahun mengalami peningkatan sehingga harga juga cenderung meningkat pada periode ini," ucap Faisal.
Untuk itu, Faisal menegaskan pemerintah perlu memastikan ketersediaan pasokan beras. Dia menuturkan, supply tersebut juga perlu dimaksimalkan mobilisasinya dari dalam negeri.
Faisal mengatakan terdapat daerah-daerah yang memiliki perbedaan waktu panen dan juga perbedaan variasi dalam hal ketersediaan stok dari pada beras. Dengan begitu perlu dipastikan daerah yang masih kekurangan dari sisi supply dan harga tinggi dipasok dari daerah yang masih memiliki produksi.
"Itu harus dipastikan dulu jangan buru2 mengambil keputusan untuk mengimpor dari luar. Selebihnya memang melakukan operasi pasar," tutur Faisal.
Bank Indonesia (BI) mengungkapkan alasan dibalik tingginya harga beras beberapa waktu terakhir ini. Deputi Gubernur BI Aida S Budiman mengatakan kenaikan harga beras yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir disebabkan terutama oleh penurunan pasokan beras.
"Ini akibat pola musiman masuknya siklus tanam padi dan produksi domestik yang lebih rendah dari target sebagai dampak kekeringan," kata Aida kepada Republika.co.id, Selasa (7/10/2023).
Dia menjelaskan, pasokan beras saat ini ditopang oleh carry over stock panen raya dan panen gadu sebelumnya. Selain itu juga ditopang dari panen yang berlangsung terbatas di sebagian kecil daerah.
"Kondisi pasokan yang terbatas tersebut mendorong kenaikan harga gabah di tingkat petani maupun penggilingan," ucap Aida.
Dia menuturkan, harga gabah di tingkat petani pada Oktober 2022 menjadi Rp 6.851 per kilogram atau meningkat 5,16 persen dari bulan sebelumnya. Sementara itu, harga gabah di tingkat penggilingan meningkat pada Oktober 2023 menjadi Rp 7.818 per kilogram atau meningkat 4,26 persen dari bulan sebelumnya.
Berdasarkan pemantauan harga Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PHIPS) dalam laman harga pangan BI per 3 November 2023, Aida menyebut beras medium mengalami kenaikan harga sebesar 1,43 persen secara bulanan. Aida menuturkan, secara rata-rata nasional harga beras medium menjadi Rp 13.900 per kilogram. Sementara itu, harga beras premium pada Oktober 2023 mencapai Rp 15.700 per kilogram atau meningkat sebesar 1,25 persen dari bulan sebelumnya.