REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kaum muslimin diperintahkan agar menjalankan sholat lima waktu secara berjamaah. Bagaimana dengan pendapat Ulama Mahzab?
Seperti dikutip dari buku Shalatlah Sebagaimana Melihatku Shalat, Para ulama mazhab memang berbeda pendapat dalam memahami dalil-dalil seputar kewajiban sholat berjamaah di masjid. Secara garis besar perbedaan pendapat di antara ulama terbagi menjadi tiga pendapat:
1. Pendapat yang dikuatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal. Atha', Al Auza'i. Abu Tsaur, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan ulama zhahiriyah berpendapat bahwa sholat jama'ah hukumnya fardhu 'ain.
2. Pendapat yang dikuatkan oleh Imam Malik. Abu Hanifah dan jumhur Syafi'iyyah berpendapat hukumnya sunnah muakkadah.
3. Pendapat yang dikuatkan oleh Imam Asy Syafi'i. juga jumhur Malikiyyah dan jumhur Hanafiyyah berpendapat hukumnya fardhu kifayah.
Namun tentu pendapat ulama dan khilafiyah bukanlah dalil, dan wajib kembali kepada dalil ketika menghadapi perbedaan pendapat ulama. Dan pendapat yang rajih (kuat) dalam masalah ini adalah pendapat pertama, karena kuat dan jelasnya dalil-dalil yang menyatakan wajibnya sholat berjamaah di masjid bagi laki-laki. Pendapat ini yang dikuatkan oleh para ulama besar kontemporer seperti Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin dan Syaikh Shalih Al Fauzan.
Wajibnya sholat berjamaah di masjid ditunjukkan oleh banyak sekali dalil-dalil Alquran dan As-Sunnah. Di antara dalil-dalil tersebut adalah:
Dalil 1
Allah Ta 'ala berfirman:
وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَارْكَعُوْا مَعَ الرّٰكِعِيْنَ
“Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orangorang yang rukuk" (QS. Al-Baqarah ayat 43).
Ibnu Katsir dalam Tufsir-nya mengatakan:
“Banyak para ulama berdalil dengan ayat ini untuk menyatakan wajibnya sholat berjamaah”.
Dalil 2
Allah Ta'ala juga berfirman,
وَاِذَا كُنْتَ فِيْهِمْ فَاَقَمْتَ لَهُمُ الصَّلٰوةَ فَلْتَقُمْ طَاۤىِٕفَةٌ مِّنْهُمْ مَّعَكَ وَلْيَأْخُذُوْٓا اَسْلِحَتَهُمْ
“Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (sholat) besertamu dan menyandang senjata” (QS. An-Nisa ayat 102).
Apabila Allah mewajibkan untuk menunaikan sholat secara berjamaah dalam keadaan takut (perang), maka lebih utama dan lebih wajib lagi jika untuk dilakukan dalam keadaan aman.
Dalil 3
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda:
لقد هممت أن آمر بالصلاة، فتقام، ثم آمر رجلا فيصلي بالناس، ثم أنطلق معي برجال معهم حزم من حطب إلى قوم لا يشهدون الصلاة، فأحرق عليهم بيوتهم بالنار
"Sungguh aku benar-benar berniat untuk memerintahkan orang-orang Shalat di masjid, kemudian memerintahkan seseorang untuk menjadi imam, lalu aku bersama beberapa orang pergi membawa kayu bakar menuju rumah-rumah orang yang tidak menghadiri sholat jamaah lalu aku bakar rumahnya” (HR. Bukhari no. 7224, Muslim no. 651).
Andaikan di rumah-rumah tidak ada wanita dan anak-anak kecil, beliau sudah melakukan hal tersebut. Sebagaimana dalam riwayat Ahmad disebutkan bahwa beliau Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda,
“Andaikan di rumah-rumah tidak ada wanita dan anak-anak kecil sungguh aku akan dirikan sholat Isya kemudian aku perintahkan para pemuda untuk membakar rumah-rumah dengan api” (HR. Ahmad).
Maka tidak mungkin sikap beliau demikian tegas dan kerasnya, andaikan sholat berjamaah di masjid hanya disunnahkan.