REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Belasan tokoh-tokoh bangsa kumpul di kediaman KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus). Mereka mencoba memberi nasihat kepada penguasa.
Koordinator Majelis Permusyawaratan Rembang, Alif Iman Nurlambang, mengatakan puisi Gus Mus berisikan republik rasa kerajaan sudah jadi sinyal bagi orang-orang yang bekerja di kebudayaan.
Gus Mus selalu menyebutkan, sudah waktunya di Indonesia, kebudayaan yang jadi panglima.
Dia menuturkan, ada dua yang perlu ditindaklanjuti. Antara lain semua elemen penting prihatin atas situasi yang sudah sama-sama kita pahami, terutama ketika demokrasi Indonesia di ontang-anting dan diayun-ayun.
"Kekuasaan terpusat di eksekutif, MK sebagaimana bukti-bukti ditemukan MKMK, ada intervensi dari eksekutif ke yudikatif. Kemudian ada ancaman terhadap asas jurdil, Pemilu 2024 tidak bisa berlangsung dengan baik," kata Alif, Ahad (12/11).
Gus Mus, lanjut Alif, merasa perlu ada urun rembuk yang dilakukan secara terus-menerus dari tokoh-tokoh bangsa. Karenanya, mengutip Gus Mus, Alif meminta temu ini sebesar dan sebanyak mungkin dilaksanakan untuk dua.
"Memberikan nasihat kepada kekuasaan, kepada elit-elit politik, apa yang sudah berlangsung melukai perasaan kita semua. Walau, kata-kata melukai belakangan sering disebut sok drama, sok sinetron, kebanyakan drakor," ujar Alif.
Alif menyampaikan, Gus Mus turut menganjurkan pertemuan ini dalam rangka menyerukan kepada rakyat Indonesia. Semua harus saling memahami situasi sekarang memang tidak enak atau Indonesia tidak sedang baik baik saja.
Karena itu, nasihat-nasihat penting disampaikan pula Gus Mus kepada seluruh warga negara agar situasi tetap bisa adem. Kemudian, kekecewaan demi kekecewaan bisa disalurkan melalui saluran-saluran demokratis.
"Sehingga, sama sama mengingatkan agar penguasa juga eling," kata Alif.
Usai pertemuan, sastrawan, Goenawan Mohamad mengatakan, pertemuan ini merupakan wadah berbagi rasa. Mereka saling menularkan semangat agar kembali lagi ada kepercayaan kepada sesama di bangsa dan negara.
"Sebab, zamaan sekarang kepercayaan kepada sesama sangat tipis. Pertama, banyak sekali kebohongan, yang juga diucapkan oleh presiden dan orang-orang lainnya," kata Goenawan, Ahad (12/11).
Kedua, mereka prihatin karena sekarang semua bisa dibeli. Kesetiaan bisa dibeli, suara bisa dibeli, kedudukan bisa dibeli, sehingga yang ikhlas sudah mengalami erosi yang berat di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Baca juga: Mengapa Malaikat Jibril Disebut Ruh Kudus dalam Alquran?
Dia mengingatkan, berbahaya jika rakyat kehilangan rasa saling percaya. Karenanya, mereka ingin itu tercegah setidaknya di kalangan masyarakat yang seakan sedikit kelihatannya, tapi sebenarnya banyak pengaruhnya.
"Sehingga, bangsa ini bisa menempuh perjalanan yang lebih lama, terutama
menjelang pemilu dan pilpres yang menurut saya makin mencemaskan karena aturan bersama mulai dibongkar-bongkar, bahkan dirusak," ujar Goenawan.
Selain Gus Mus, ada belasan tokoh-tokoh bangsa yang terlibat dalam pertemuan ini. Ada Amin Abdullah, Andreas Anangguru Yewangoe, Antonius Benny Susetyo (Romo Benny), Clara Juwono dan Erry Riyana Hardjapamekas.
Lalu, Gomar Gultom, Frans Magnis Suseno atau Romo Magnis, Karlina Supelli, Lukman Hakim Saifuddin, Natalia Soebagjo, Henny Supolo, Nasaruddin Umar, Mayling Oey Gardiner dan Omi Komaria Madjid.
Kemudian, Riris Sarumpaet, Sri Pannavaro Mahathera, Rhenald Kasali, Sinta Nuriyah Wahid dan Sulistyowati Irianto. Mereka yang hadir luring dan daring tersebut tergabung dalam Majelis Permusyawaratan Rembang.