REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan menyebut Israel sebagai negara teroris. Erdogan meningkatkan kecamannya atas serangan Israel di Jalur Gaza, termasuk serangan di Rumah Sakit al-Shifa.
Erdogan mengatakan, kampanye militer Israel terhadap kelompok pejuang Palestina Hamas termasuk serangan paling berbahaya dalam sejarah manusia dengan dukungan tak terbatas dari Barat. Dia menyerukan agar para pemimpin Israel diadili atas kejahatan perang di Mahkamah Internasional di Den Haag. Erdogan mengulangi pandangannya dan posisi Turki bahwa Hamas bukan organisasi teroris, tetapi sebuah partai politik yang memenangkan pemilu legislatif Palestina yang diadakan pada 2006.
“Saya katakan dengan jelas bahwa Israel adalah negara teroris. Meskipun kami mengutuk Pemerintah Israel, kami tidak melupakan mereka yang secara terbuka mendukung pembantaian ini dan mereka yang berusaha melegitimasinya," kata Erdogan, merujuk pada Amerika Serikat dan sekutu Israel di Barat lainnya.
Erdogan juga mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk mengumumkan apakah Israel memiliki senjata nuklir. Erdogan menambahkan bahwa Netanyahu akan segera “mati” dari jabatannya.
"Ankara akan mengambil langkah-langkah untuk memastikan pemukim Israel di wilayah pendudukan Palestina diakui sebagai teroris. Kita berhadapan dengan genosida," kata Erdogan, dilansir Aljazirah, Rabu (15/11/2023).
Turki bulan ini menarik duta besarnya dari Israel dan memutuskan kontak resmi dengan Netanyahu. Turki juga menangguhkan upaya kedua negara untuk memperbaiki hubungan buruk mereka. Sementara Israel juga mengatakan bahwa mereka sedang mengevaluasi kembali hubungan dengan Ankara setelah menarik staf diplomatiknya dari Turki dan negara-negara lain di kawasan sebagai tindakan pencegahan keamanan.