REPUBLIKA.CO.ID, RIYDAH -- Kementerian Luar Negeri Arab Saudi menegaskan, Israel harus bertanggung jawab atas pelanggaran terhadap warga sipil dan staf medis di salah satu rumah sakit terbesar di Gaza. Kerajaan Arab Saudi mengecam dan menolak serangan Israel terhadap Rumah Sakit Al Shifa serta pengeboman di sekitar rumah sakit lapangan Yordania.
“Kerajaan menekankan perlunya mengaktifkan mekanisme akuntabilitas internasional sebagai akibat dari pelanggaran terus-menerus dan tindakan brutal dan tidak manusiawi yang dilakukan pasukan pendudukan Israel terhadap anak-anak, perempuan, warga sipil, fasilitas medis, dan tim penyelamat,” kata Kemenlu Arab Saudi dilansir dari Al Arabiya, Kamis (16/11/2023).
Kemenlu menambahkan, tindakan Israel merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum humaniter internasional dan semua norma serta piagam internasional. Mereka secara eksplisit menargetkan warga sipil dan staf medis.
Tentara Israel menggrebek RS Al Shifa pada Rabu (15/11/2023) dini hari setelah mengeklaim militan Hamas memiliki pusat komando di bawah bangunan tersebut. Penggerebekan itu dilanjutkan hari Kamis ini.
Militer Israel kemudian mengeklaim menemukan senjata otomatis, granat, amunisi, dan jaket antipeluru dari sebuah bangunan yang dirahasiakan di dalam kompleks tersebut.
Rumah sakit itu telah menjadi tempat perlindungan bagi ribuan warga sipil setelah Israel menginvasi Gaza.
Serangan pasukan penjajah telah menyebabkan 11.500 orang mati syahid, termasuk 4.710 anak-anak dan 3.160 wanita. Situasi mengerikan di Jalur Gaza, mendorong Dewan Keamanan PBB menyerukan penghentian segera pertempuran selama beberapa hari untuk memungkinkan akses bantuan kemanusiaan.
Dalam pernyataan terpisah pada Kamis ini, Kementerian Luar Negeri Arab Saudi menyambut baik pemungutan suara di Dewan Keamanan PBB tersebut. Itu dinilai sebagai langkah pertama yang benar oleh komunitas internasional untuk mengambil tindakan dan meminta pertanggungjawaban pasukan Israel.