REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Sering kali orang bisa kalap makan ketika momen tertentu, seperti saat Lebaran atau perayaan hari besar lainnya. Bagi kebanyakan orang, hal terburuk yang bisa terjadi adalah kemungkinan terjadinya penambahan berat badan. Namun jika makan dalam jumlah yang sangat banyak, ada istilah seperti perut terasa mau meledak. Seberapa bahaya kondisi ini dan apakah mematikan?
Istilah perut 'meledak' tentu hanya kiasan, namun dalam dunia medis, perasaan ini bisa disebut sebagai perforasi saluran cerna, yang terjadi ketika lambung terlalu penuh.
Sebuah lubang terbentuk yang mengeluarkan isi lambung ke dalam rongga perut, dapat menyebabkan infeksi, termasuk sepsis yang mematikan. Rata-rata perut menampung sekitar satu liter makanan, namun perut dapat meregang hingga menampung lebih dari 128 floz (3,7 liter) pada kapasitas maksimumnya (setara dengan botol susu terbesar).
Dikutip dari Daily Mail, Sabtu (18/11/2023), Courtney Kalamar, ahli diet di Piedmont Henry Hospital, mengatakan jumlah pastinya bervariasi bagi setiap orang. Namun rata-rata perut orang dewasa menampung sekitar satu liter makanan (sekitar empat cangkir). “Karena perut sangat elastis, mampu menampung sebanyak tiga hingga empat liter (atau 16 gelas) sekaligus,” kata Kalamar.
Kalamar menjelaskan otak juga memerlukan waktu 20 menit untuk merasakan rasa kenyang. Bagi sebagian orang, saat otak mereka menyadari sudah kenyang, maka sudah makan jauh melebihi jumlah yang dibutuhkan untuk merasa kenyang dan malah merasa begah.
Theresa Strong, direktur program penelitian di Foundation for Prader-Willi Research, mengatakan istilah 'meledak' mungkin kurang tepat menjadi gambaran perut yang kepenuhan makanan. Sebab isi perut tidak akan pecah seperti balon air.
Sebaliknya dinding lambung meluas hingga terbelah. Dinding perut membentang hingga terjadi nekrosis dan/atau pecah.
Ada Foundation for Prader-Willi Research yang mengadvokasi orang-orang dengan sindrom Prader-Willi. Sindrom ini merupakan kelainan genetik langka di mana individu memiliki hipotalamus yang tidak berfungsi, bagian otak yang mengatur hal-hal seperti nafsu makan yang berarti mereka memiliki rasa lapar yang terus-menerus dan tak terpuaskan.
Penderita Prader-Willi disebut tidak akan memiliki naluri untuk muntah ketika makan berlebihan seperti yang dialami tubuh manusia pada umumnya. “Namun demikian, perforasi gastrointestinal akibat makan berlebihan jarang terjadi,” kata Mary Roach, penulis sains dan penulis Gulp, kepada Business Insider.
Hal itu karena refleks muntah pada kebanyakan orang akan muncul ketika organ sudah penuh. Namun, orang dengan gangguan makan berlebihan, bulimia, atau gangguan makan lainnya mungkin telah memanipulasi isyarat alami tubuh mereka untuk lapar, kenyang, dan muntah sehingga tidak lagi efektif.
Otot perut mereka mungkin juga terlalu lemah untuk bisa muntah, atau telah mengecil sehingga bisa pecah jika hanya diberi sedikit makanan.
Pernah ada kasus di mana seorang anak laki-laki berusia 17 tahun dengan Prader-Willi meninggal pada Malam Natal tahun 2015 akibat makan berlebihan di pesta tahunan keluarganya, menurut The New York Times Magazine. Pada tahun 2003, 'makan berlebihan' disebut-sebut sebagai penyebab perut pecah pria berusia 49 tahun yang berujung pada kematian.