Ahad 19 Nov 2023 12:51 WIB

Barang Lokal Bisa Substitusi Produk Asing Pro-Israel? Ini Kata Pemerintah

Industri lokal telah punya pangsa pasar dan bisa bersaing dengan produk asing.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Lida Puspaningtyas
Pengunjung mengamati produk-produk dalam Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) ke-10 tahun 2023, di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (26/10/2023). Pelaksanaan ISEF ke-10 tahun 2023 tersebut mengangkat tema Accelerating Sharia Economy and Finance through Digitalization for Inclusive and Sustainable Growth. ISEF ke-10 ini diselenggarakan mulai 25 hingga 29 Oktober 2023 dengan rangkaian kegiatan terdiri dari seminar bertaraf nasional dan internasional, business matching, showcase internasional, dan eksibisi serta bebagai kompetisi. Melalui penyelenggaran ISEF ke-10 ini diharapkan menjadi momentum untuk semakin memperkuat upaya mengintegrasikan pemikiran dan inisiatif seluruh penggiat ekonomi syariah dalam pengembangan ekonomi keuangan syariah Indonesia.
Foto: Republika/Prayogi
Pengunjung mengamati produk-produk dalam Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) ke-10 tahun 2023, di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (26/10/2023). Pelaksanaan ISEF ke-10 tahun 2023 tersebut mengangkat tema Accelerating Sharia Economy and Finance through Digitalization for Inclusive and Sustainable Growth. ISEF ke-10 ini diselenggarakan mulai 25 hingga 29 Oktober 2023 dengan rangkaian kegiatan terdiri dari seminar bertaraf nasional dan internasional, business matching, showcase internasional, dan eksibisi serta bebagai kompetisi. Melalui penyelenggaran ISEF ke-10 ini diharapkan menjadi momentum untuk semakin memperkuat upaya mengintegrasikan pemikiran dan inisiatif seluruh penggiat ekonomi syariah dalam pengembangan ekonomi keuangan syariah Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Aksi boikot terhadap sejumlah produk asing yang pro-terhadap Israel terus meluas di tengah masyarakat, tak terkecuali di Indonesia. Banyak warganet yang telah membuat list atau daftar produk pro-Israel dan menyerukan untuk beralih ke produk lokal. 

Namun, seberapa sanggup produk dalam negeri menjadi pengganti? 

Baca Juga

Asisten Deputi Pembiayaan dan Investasi UKM, Deputi Bidang UKM, Kemenkop UKM, Temmy Satya Permana, mengatakan, semua pihak harus lebih sensitif dalam menyikapi aksi ini karena bagaimanapun, sebagian produk asing sudah membangun pabriknya di Indonesia.

Hal itu menjadi polemik tersendiri dalam aksi boikot akhir-akhir ini. “Mereka punya tenaga kerja (lokal) dan lain-lain. Ini masih menjadi polemik, sementara saya tidak bisa berkomentar,” kata Temmy saat ditemui di Jakarta, akhir pekan ini. 

Namun, terlepas dari aksi boikot produk asing yang pro-Israel, Temmy mengatakan sejumlah sektor dari industri lokal yang menghasilkan barang asli dalam negeri juga tak kalah saing. Bahkan bisa menjadi pilihan bagi masyarakat yang memang ingin beralih. 

“Tekstil sudah bisa,  beberapa produk fesyen sudah bisa. Lalu kalau mbak-mbak pakai skin care kan sudah ada (yang lokal),” kata  Temmy menambahkan. 

Selain itu, Temmy menyebut, produk lokal untuk parfum juga telah banyak yang cukup bagus dan punya pasar besar di dalam negeri. Selain itu, industri sepatu lokal juga telah memiliki brand yang kuat di tengah konsumen. 

Oleh karena itu, ia menyampaikan, sejatinya sebagian produk dari industri lokal sudah dapat menjadi alternatif pilihan masyarakat. “Namun, masalahnya mau atau tidak kita mendayagunakan teman-teman sebangsa. Kalau produk handphone ya saya juga pakai luar karena lokal belum ada yang bagus,” kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement