Senin 20 Nov 2023 19:06 WIB

Persekongkolan Jahat Yahudi Bani Nadhir kepada Nabi Muhammad

Yahudi Bani Nadhir ingin membunuh Nabi Muhammad.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Muhammad Hafil
Ilustrasi kaligrafi Nabi Muhammad
Foto: Dok Republika
Ilustrasi kaligrafi Nabi Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang Muslim bagaimanapun adalah manusia biasa yang juga bisa salah dan khilaf. Tak hanya di masa kini, mereka yang hidup bersama Nabi Muhammad SAW pun pernah melakukan perbuatan salah.

Dinukil dari Buku Pintar Sejarah Islam tulisan Qasim A Ibrahim dan Muhammad A Shaleh menceritakan kisah awal mula Perang Bani Nadhir. Perang ini terjadi pada Syawal, 4 Hijriyah. Nabi bersama sekelompok sahabat pergi ke perkampungan Yahudi Bani Nadhir di Madinah. 

Baca Juga

Ketika itu Nabi ingin menyelesaikan pembayaran diyat (tebusan) atas dua orang lelaki Yahudi yang dibunuh secara batil oleh 'Amr ibn Umayyah Al Dhamari yang Muslim. 

Beliau ingin menegakkan perjanjian yang sudah dijalin dengan kaum Yahudi Madinah. Kedatangan Nabi pun disambut baik. Nabi dipersilakan duduk di sisi dinding rumah. 

Tapi, mereka bersekongkol untuk membunuh Nabi. Mereka memilih cara menjatuhkan sebongkah batu dari loteng ke arah Nabi yang tengah duduk. 'Amr ibn Al Jihasy mengajukan diri sebagai eksekutor.

Jibril mengabari Nabi perihal persekongkolan Bani Nadhir. Nabi segera bangkit dari tempatnya dan kembali ke Madinah. 

Para sahabat yang tak menyadari kepergian Nabi lalu bergerak menyusul beliau yang sudah sampai Madinah. Saat bertemu, mereka bertanya mengenai alasan kepergiannya. Nabi pun menceritakan persekongkolan Bani Nadhir.

Nabi mengutus Muhammad ibn Maslamah untuk mendatangi Yahudi Bani Nadhir. "Katakan pada mereka," kata Nabi pada Ibnu Maslamah, "Rasulullah mengutusku kepada kalian untuk mengusir kalian dari negeriku. 

Kalian melanggar perjanjian yang telah dibuat. Aku memberimu waktu 10 hari. Jika selama itu masih ada yang terlihat di sini, lehernya akan ditebas!"

Yahudi Bani Nadhir bersiap-siap pergi. Tapi, Ibnu Salul mengutus seseorang untuk meyakinkan mereka bahwa ia akan membantu mereka. Mereka pun kembali dan menolak meninggalkan Madinah. Saat itulah pasukan Muslim bergerak, lalu mengepung mereka selama 15 hari.

Nabi memerintahkan memotong pohon-pohon kurma dan membakarnya. Dari balik benteng, kaum Yahudi berkata, "Muhammad! Engkau melarang berbuat kerusakan, tapi engkau langgar sendiri perkataanmu. Untuk apa pohon-pohon kurma ditebang dan dibakar?!"

Allah memasukkan rasa takut ke hati mereka. Mereka memohon kepada Nabi agar diizinkan keluar dari Madinah tanpa senjata. Nabi setuju, mereka membawa semua harta yang bisa dibawa seekor unta. 

Ada yang merobohkan rumahnya, lalu mengambil daun pintunya untuk dinaikkan ke atas punggung unta, kemudian pergi menuju Khaybar. Ada pula yang pergi menuju Syam. Tapi, para pembesar mereka pergi menuju Khaybar, seperti Sallam ibn Abi Al Haqiq, Kinanah ibn Rabi', dan Huyayy ibn Akhthab.

Nabi membagikan semua harta Yahudi Bani Nadhir kepada kaum muhajirin. Tak satu pun orang anshar yang diberi kecuali Abu Dujanah dan Sahl ibn Hanif karena keduanya sangat fakir. Dalam konteks perang ini, turunlah surah Al Hasyr yang juga disebut surah Bani Nadhir.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement