REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Suharso Monoarfa menyatakan bahwa pihaknya berupaya mendesain Bali tidak hanya bergantung terhadap sektor pariwisata.
“Bappenas mencoba memulihkan Bali setelah masa Covid-19 dan kita ingin membuat bagaimana Bali tidak bergantung pada pariwisata saja, dan bagaimana kemudian Bali juga memimpin soal blue economy, green economy,” kata Suharso Monoarfa dalam Seminar dan Bedah Buku: Ekonomi Politik Indonesia dan Antarbangsa yang dipantau secara virtual, di Jakarta, Senin (20/11/2023).
Selain itu, daerah kedua dan ketiga yang hendak dikembangkan dari sisi ekonomi biru dan ekonomi hijau ialah Kepulauan Riau serta Kalimantan Timur sebagai penopang Ibu Kota Negara (IKN).
Menurut dia, ketergantungan terhadap kunjungan wisata untuk menghidupkan Produk Domestik Bruto (PDB) Bali sudah mengalami penurunan kendati sektor pariwisata masih mendominasi. Para pelaku ekonomi di Pulau Dewata sudah mulai menggerakkan sektor pertanian, sektor makanan, sektor industri, hingga sektor pakaian jadi.
“Banyak hal yang bisa kita dorong pada mereka, (seperti) memberikan kontribusi peluang bisnis kepada, misalnya batik Pekalongan. Banyak orang menganggap batik di Bali itu dibuat di Bali, tetapi ternyata tidak semuanya dibuat di Bali, datangnya dari Pekalongan. Mentahan dari ukiran-ukiran itu diambil dari Jawa Tengah, dan kemudian finishing, ukiran yang lebih detailnya itu dibuat di Bali,” ujar Suharso.
Selain itu, pemerintah juga sudah mendorong Bali untuk mengembangkan pembangkit listrik dari tenaga sampah yang kemudian dikelola menjadi pelet, agar dapat digunakan untuk menurunkan tingkat emisi pembangkit listrik yang memakai batu bara.
“Ini kita dorong dan akhirnya bisa. Jadi, apa yang ingin saya sampaikan, Bappenas bisa mendemonstrasikan kebijakannya dan bisa bekerjasama dengan pemerintah daerah, dan kita bersyukur itu bisa terbangun,” ujar Kepala Bappenas.