Jumat 24 Nov 2023 05:15 WIB

Kisah Istri Cucu Ali bin Abi Thalib yang Menangis di Makam Setahun, Apa yang Didapat?

Istri cucu Ali bin Abi Thalib bersumpah menangis di makam

Rep: Imas Damayanti / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi makam. Istri cucu Ali bin Abi Thalib bersumpah menangis di makam
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi makam. Istri cucu Ali bin Abi Thalib bersumpah menangis di makam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menangisi kepergian seseorang yang dicintai menghadap Allah SWT sangatlah wajar dan manusiawi. Namun, Islam menekankan untuk tidak meratapi kesedihan dengan berlarut-larut. 

Syekh Aidh Al Qarni dalam buku Malam Pertama di Alam Kubur menceritakan mengenai sebuah kisah dari istri cucu Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Alkisah, Hasan ibn Hasan, cucu Sayyidina Ali bin Abi Thalib meninggal dunia dengan meninggalkan seorang istri dan beberapa anak yang masih kecil. Bahkan, umur dia waktu itu pun masih sangat muda. 

Baca Juga

Namun, itulah kematian. Ia datang dengan tidak memandang usia, status sosial, maupun situasi. Bila kematian datang menjemut manusia, makai a akan mengeluarkan mereka dari fase dunia. Demikianlah, Hasan ibn Hasan meninggal secara tiba-tiba. 

Lantas, orang-orang pun menguburkannya. Namun tatkala melihat kenyataan tersebut, istri Hasan ibn Hasan sangat sedih dan ia menuntun anak-anaknya pergi ke kuburan suaminya dan kemudian mendirikan tenda di sana. 

Setelah tenda berdiri, ia bersumpah dengan menyebut nama Allah SWT, dirinya dan anak-anaknya, ia akan menangisi suaminya selama satu tahun penuh. Kesedihan yang sangat memilukan dan ia pun terus menangis. 

Setelah satu tahun kemudian, tepatnya pada sebuah malam, ia pun merobohkan tendanya dan kemudian pergi membawa anak-anaknya meninggalkan kuburan itu. Saat itulah, tiba-tiba ia mendengar suara perbincangan. 

Seseorang di antara mereka berkata, “Apakah mereka mendapatkan apa yang mereka cari?” Temannya menjawab, “Tidak. Mereka bahkan berputus asa lalu pergi.” 

Mereka tidak menemukan apa yang mereka inginkan, mereka tidak menemukan barang mereka dan juga barang titipan mereka. Sekantung karunia dari sisi Allah SWT yang kami minta, adalah barang titipan terbaik dari Pemberi terbaik. 

Baca juga: Syekh Isa, Relawan Daarul Quran di Gaza Syahid Sekeluarga dan Kisah Putri Dambaannya

Maksudnya, orang yang meninggal di dalam kubur tidak menjawab perbincangan orang yang masih hidup. Ia juga tidak bisa keluar atau menemui mereka yang menangisi di alam dunia. Ia tidak bisa menciumi istri mapun anak-anaknya. Untuk itulah, Allah SWT berfirman dalam Alquran Surat at-Thur ayat 21: 

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ ۚ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ

Yang artinya, “Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.” 

photo
Infografis Adab Ziarah Kubur - (Republika)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement